PIARMAN BALI

PSIKOMETRI

Home
About Me
Favorite Links
Contact Me
Family Photo Album
PSIKOMETRI
Vacation Photo Album
My Resume
New Page Title

SELAYANG PANDANG
Nama : Piarman, SP.S.Pdi
Tempat/ tanggal lahir : Bengkulu Selatan, 3 September 1972
Pekerjaan : Guru MAN Internasional Negara Bali
Alamat Kantor : Jl. Ngurah Rai 103 Negara Bali
HP                      : 08155726413
Tugas Belajar :  Program Pascasarjana Universitas  Indonesia
Alamat Asrama : BII/48

MENGENAL BEBERAPA TOKOH PSIKOLOGI

 

Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini. Selain itu demi memenuhi banyak permintaan dari para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi dan hasil karya mereka, sebagai berikut:

*      Wilhelm Wundt

*      Ivan Pavlov

*      Emil Kraepelin

*      Sigmund Freud

*      Alfred Binet

*      Alfred Adler

*      Carl Jung

*      John Watson

*      Max Wertheimer

*      Henry Murray

*      Jean Piaget

*      Carl Rogers

*      Erik Erikson

*      Burrhus Frederic Skinner

*      Abraham Maslow

*      Hans Eysenck

*      Albert Bandura

 

WILHELM WUNDT

(1832 - 1920)

Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran.  Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory  (suatu proses yang dikelola oleh panca indera). 

Pada tahun 1875 ia pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun 1879 ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang  dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat  & Ilmu Faal). Sebelum tahun 1879 memang orang sudah mengenal psikologi, tetapi belum ada orang yang menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi umumnya adalah para filsuf, ahli ilmu faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya. 

Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori.  Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung" (Persepsi yang dipengaruhi kesadaran, 1862),  "Grund zuge der Physiologischen Psychologie" (Dasar fisiologis dari gejala-gejala psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".   

 

IVAN PAVLOV

(1849 - 1936)

Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.  Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan  mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan  pengembangan teori-teori tentang belajar.      

 

EMIL KRAEPELIN

(1856 - 1926)

Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.

Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. 

Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.   

 

SIGMUND FREUD

(1856 - 1939)

Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist. 

Semasa muda ia merupakan anak favorit ibunya. Dia adalah satu-satunya anak (dari tujuh bersaudara) yang memiliki lampu baca (sementara yang lain hanya menggunakan lilin sebagai penerang) untuk membaca pada malam hari dan satu-satunya anak yang diberi sebuah kamar dan perabotan cukup memadai untuk menunjang keberhasilan sekolahnya.  Freud dikenal sebagai seorang pelajar yang jenius, menguasai 8 (delapan)  bahasa dan menyelesaikan sekolah kedokteran pada usia 30 tahun. Setelah lulus ia memutuskan untuk membuka praktek di bidang neurologi.

Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut "unconscious mind" (alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905). 

Pada tahun 1902 dia diangkat sebagai profesor di University of Viena dan saat ini namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah:

·         The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu

·         Konsep Id, Ego, dan Superego  

·         Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms)  

Istilah psikoanalisa yang dikemukakan Freud sebenarnya memiliki beberapa makna yaitu: (1) sebagai sebuah teori kepribadian dan psikopatologi, (2) sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan (3) suatu teknik untuk menginvestigasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri.  

Sejak the Psychoanalytic Society (Perhimpunan Masyarakat Psikoanalisa) didirikan pada tahun 1906, maka muncul beberapa ahli psikologi yang dua diantaranya adalah Alfred Adler dan Carl Jung. Pada tahun 1909 Freud mulai dikenal di seluruh dunia ketika ia melakukan perjalanan ke USA untuk menyelenggarkan Konferensi International pertama kalinya.

Freud dikenal sebagai seorang perokok berat yang akhirnya menyebabkan dia terkena kanker pada tahun 1923 dan memaksanya untuk melakukan lebih dari 30 kali operasi selama kurang lebih 16 tahun. Pada tahun 1933, partai Nazy di Jerman melakukan pembakaran terhadap buku-buku yang ditulis oleh Freud. Dan ketika Jerman menginvasi Austria tahun 1938, Freud terpaksa melarikan diri ke Inggris dan akhirnya meninggal di sana setahun kemudian. 

 

ALFRED BINET

(1857 - 1911)

Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.

Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ. Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud "Intelligence Quotient". Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai  Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.

 

ALFRED ADLER

(1870 - 1937)

Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Ia adalah seorang Yahudi yang lahir dari keluarga yang termasuk dalam status sosial ekonomi kelas menengah pada saat itu. Semasa muda Adler mengalami masa-masa yang sangat sulit. Ketika ia berusia 5 tahun ia terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil untuk disembuhkan. Ketika mendengar kabar tersebut, Adler berjanji jika ia bisa sembuh maka ia akan menjadi dokter dan bertekad untuk memerangi penyakit yang mematikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia benar-benar mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Vienna. Ia akhirnya dikenal sebagai seorang ahli penyakit dalam.

Tahun 1898, ia menulis buku pertamanya yang memfokuskan pada pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi bukan membagi-baginya menjadi gejala, insting, atau dorongan-dorongan. Pada tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper berjudul "Organ Inferiority" yang menjadi pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler. Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.    

 

CARL JUNG

(1875 - 1961)

Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah sangat terkesan dengan mimpi, visi supernatural, dan fantasi.  Ia menyakini bahwa dirinya memiliki informasi rahasia tentang masa depan dan berfantasi bahwa dirinya merupakan dua orang yang berbeda.

Jung lulus dari fakultas kedokteran di University of Basel dengan spesialisasi di bidang psikiatri pada tahun 1900. Pada tahun yang sama ia bekerja sebagai assistant di rumah sakit jiwa Zurich yang membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan para pasien schizophrenic yang akhirnya membawa Jung melakukan kontak dengan Freud. Setelah membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan korespondensi dengan Freud.  Akhirnya mereka bertemu di rumah Freud di Vienna tahun 1907. Dalam pertemuan tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia bukan orang Yahudi. Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus Freud dan berkat dukungan Freud Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Namun pada tahun 1913, hubungan Jung dan Freud menjadi retak. Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan bahkan keluar dari keanggotaan assosiasi tersebut. Sejak saat itu Jung dan Freud tidak pernah saling bertemu. 

 

JOHN WATSON

(1878 - 1958)

John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul "Animal Education". Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.

Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen. 

John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology  as the Behaviourist view it" (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.

Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting.  Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: "Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya".

 

MAX WERTHEIMER

(1880 - 1943)

Max Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan wafat pada tanggal 12 Oktober 1943 di New York. Max Wertheimer dianggap sebagai pendiri psikologi Gestalt bersama-sama dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Max mempelajari imu hukum selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia mendapatkan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Dia kemudian diangkat menjadi professor dan sempat bekerja di beberapa universitas di Jerman sebelum hijrah ke Amerika Serikat karena terjadi perang di benua Eropa pada tahun 1934. Di Amerika ia bekerja di New School for Research di New York city sampai akhir hayatnya.

Pada tahun 1910, ketika berusia 30 tahun, Max memperlihatkan ketertarikannya untuk meneliti tentang persepsi setelah ia melihat sebuah alat yang disebut "stroboscope" (benda berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalamkotak tersebut) di toko mainan anak-anak.  Setelah melakukan beberapa penelitian dengan alat tersebut, dia mengembangkan teori tentang persepsi yang sering disebut dengan teori Gestalt.

Dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory" (1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut:

·         Hukum Kedekatan (law of proximity): hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas. 

·         Hukum Ketertutupan (law of closure): Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

·         Hukum Kesamaan (law of equivalence): hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

 

HENRY A. MURRAY

(1893 - 1988)

Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (unconscious mind). Murray menjadi professor psikologi di Harvard University dan mengajar disana lebih dari 30 tahun.

Peranan Murray di bidang psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian dengan metode proyeksi yang disebut dengan "Thematic Apperception Test (TAT)". Test TAT ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalam cerita-ceritanya.   

 

JEAN PIAGET

(1896 - 1980)

Jean Piaget dilahirkan di Neuchatel (Switzerland) pada tahun 1896 dan meninggal di Geneva dalam usia 84 tahun pada tahun 1981. Pada usia 10 tahun ia sudah memulai karirnya sebagai peneliti dan penulis. Piaget sangat tertarik pada ilmu biology dan ia menulis paper tentang albino sparrow (burung gereja albino) yang semakin membuatnya tertarik untuk mendalami ilmu alam.  

Piaget memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1918 di universitas Neuchatel dalam bidang ilmu hewan. Pada tahun 1925 ia mulai menunjukkan minatnya pada bidang filsafat dan pada tahun 1929 ia diangkat menjadi profesor dalam "Scientific Thought" di Jeneva. Ia mulai terjun dalam dunia psikologi pada tahun 1940 dengan menjadi direktur laboratorium psikologi di Universitas Jeneva. Lalu kemudian ia juga terpilih sebagai ketua dari "Swiss Society for Psychologie".

Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif) masih dianut oleh banyak orang sampai hari ini. Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang dilakukan Piaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dahulu ditemukan orang lain.

Selama masa jabatannya sebagai profesor di bidang psikologi anak, Piaget banyak melakukan penelitian tentang Genetic Epistemology (ilmu pengetahuan tentang genetik). Ketertarikan Piaget untuk menyelidiki peran genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan suatu mahakarya yang dikenal dengan nama Theory of Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif).

Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan.    

 

CARL ROGERS

(1902 - 1987)

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers  tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.

Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul "The Clinical Treatment of the Problem Child", yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University.  Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.

Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).     

 

ERIK ERIKSON

(1902 - 1994)

Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley.

Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial.  Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.

Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan  Identity: Youth and Crisis (1968).

 

BURRHUS F. SKINNER

(1904 - 1990)

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukemia. Skinner dibesarkan dalam keluarga sederhana, penuh disiplin dan pekerja keras.  Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris dan berharap bahwa dirinya dapat menjadi penulis. Semasa bersekolah memang ia sudah menulis untuk sekolahnya, tetapi ia menempatkan dirinya sebagai outsider (orang luar), menjadi atheist, dan sering mengkritik sekolahnya dan agama yang menjadi panutan sekolah tersebut. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia pindah ke Greenwich Village di New York City dan masih berharap untuk dapat menjadi penulis dan bekerja di sebuah surat kabar.

Pada tahun 1931, Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar  doktor (Ph.D) untuk bidang yang sama. Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya. Meskipun Skinner tidak pernah benar-benar menjadi penulis di surat kabar seperti yang diimpikannya, ia merupakan salah satu psikolog yang paling banyak menerbitkan buku maupun artikel tentang teori perilaku/tingkahlaku, reinforcement dan teori-teori belajar.

Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang tampak/terlihat. Oleh karena itu, ia juga tidak menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan hal tersebut merupakan suatu ide yang abstrak belaka. 

Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah  sebagai akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward & Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi, pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner menerima banyak kritik.

 

ABRAHAM MASLOW

(1908 - 1970)

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.

Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.  Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

   

Kebutuhan untuk aktualisasi diri

 

Kebutuhan untuk dihargai

 

Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

 

Kebutuhan akan rasa aman dan tentram

 

Kebutuhan fisiologis / dasar

Hirarki Kebutuhan Maslow

 

HANS EYSENCK

(1916 - 1997)

Hans Jurgen Eysenck dilahirkan di Berlin, Jerman, pada tahun 1916. Kedua orangtuanya adalah selebritis yang sangat berharap bahwa Eysenck kelak dapat menjadi seorang aktor. Pada usia 2 tahun Eysenck terpaksa dibesarkan oleh neneknya karena orangtuanya bercerai.

Setelah tamat SMU Eysenck memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri karena ia merasa tidak senang dengan Regim Nazi. Ia memang meninggalkan Jerman  dan akhirnya menetap di Inggris, dimana ia memperoleh gelar Ph.D. di bidang psikologi dari University of London. Sejak saat itu ia telah menulis lebih dari 50 buku dan  600 artikel penelitian dengan berbagai topik. Oleh sebab itu, oleh para pengkritiknya ia sering dianggap sebagai seorang yang serba bisa dan ahli membuat teori (meskipun banyak juga teori yang didukung oleh hasil penelitiannya).

Eysenck adalah seorang ahli teori biologi dan hal ini membuatnya terinspirasi untuk melakukan penelitian pada komponen-komponen biologis dari kepribadian. Dia mengatakan bahwa intelegensi merupakan sesuatu yang diturunkan sejak lahir. Ia juga memperkenalkan konsep ekstroversi (introversi-ekstraversi) dan neurotisme (neurotik-stabil) sebagai dua dimensi dasar kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik kepribadian dapat diuraikan berdasarkan dua dimensi tersebut, yang disebutnya dengan "Supertraits".  

 

ALBERT BANDURA

(1925 -     )

Albert Bandura dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University. 

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan  pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.

 

 

Sumber:   

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1986. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Bulan Bintang: Jakarta.

Hjelle, Larry A. & Ziegler, Daniel J. 1992. Personality Theory. McGraw-Hill International: NY

Kepribadian: Enneagram

Manusia selalu tertarik (atau.. sering gak kenal) dengan dirinya sendiri. Macem-macem yang manusia buat.. bikin pengelompokan sifat-sifat, ngukur-ngukur intelejensia—dari kemampuan matematika sampai spiritual—IQ, EQ, SQ, dan Q-Q lainnya. Ada yang menarik saya beberapa hari yang lalu di toko buku bagian psikologi. Di sana ada buku yang bertitel Enneagram. Pinging tahu.. saya baca.. menurut penulisnya, manusia dikelompokkan dalam 9 tipe. Yang mana tipe Anda?


1 Si Visioner: Rasional dan Idealis


Tipe ini sangat mematuhi aturan, punya tujuan/ideal/pedoman yang jelas, menguasai-diri, dan perfeksionis abis! Ketakutan terbesar: tampak buruk/jahat dan tak sempurna. Kebutuhan dasar: menjadi orang yang sempurna, punya integritas, menjadi seimbang.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-2, menjadi Sang Pengacara yang detail dan tajam hingga condong ke sayap-9, menjadi Idealis.


Bila tertekan/stress, tipe-1 yang sangat kaku (metodis) ini menjadi moody dan gampang tersinggung seperti tipe-4 yang Perasa. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-1 yang pemarah dan kritis ini akan lebih spontan dan ceria seperti tipe-7 yang Bersemangat.



2 Sang Penolong: Penyayang dan Interpersonal


Tipe ini gemar berbagi, menunjukkan apa yang dirasakannya kepada orang lain, berusaha menyenangkan orang lain dan posesif. Ketakutan terbesar: merasa tidak diperlukan, tak cukup berharga untuk dicintai. Kebutuhan dasar: merasa dicintai.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-1, menjadi Sang Pelayan yang selalu siap sedia hingga condong ke sayap-3, menjadi Sang Tuan Rumah yang memiliki segalanya untuk membantu.


Bila tertekan/stress, tipe-2 yang selalu ingin dibutuhkan ini menjadi agresif dan mendominasi seperti tipe-8 yang Berkuasa. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-2 yang bangga-diri dan sering berpura-pura ini akan lebih menyayangi diri dan menyadari keinginan juga perasaannya seperti tipe-4 yang Halus.



3 Si Jawara: Mengejar Sukses dan Pragmatik


Tipe ini mudah beradaptasi, selalu berusaha menunjukkan kemampuan terbaiknya, punya keinginan yang kuat untuk mengapai sesuatu dan sangat memperhatikan 'penampilan'. Ketakutan terbesar: gagal dan tidak berguna. Kebutuhan dasar: berharga dan penting.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-2, menjadi Orang Baik-baik yang menawan hingga condong ke sayap-4, menjadi Profesional Sejati yang flamboyan.


Bila tertekan/stress, tipe-3 yang berkeinginan keras ini menjadi cuek dan bebas seperti tipe-9 yang 'Tak Perduli'. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-3 yang sering memperdaya ini akan lebih bisa bekerja sama dan berkomitmen seperti tipe-6 yang 'Setia'.



4 yang Romantis: Perasa dan Menikmati Kesendirian


Tipe ini ekspresif, hidup bagai dalam drama, individualis dan tempramental. Ketakutan terbesar: tidak punya status/identitas yang tegas atau merasa diri tak diinginkan. Kebutuhan dasar: menemukan peran dan posisinya (untuk menciptakan identitas).


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-3, menjadi Sang Aristrokrat yang agung hingga condong ke sayap-5, menjadi Bohemian yang punya hidup unik.


Bila tertekan/stress, tipe-4 yang menjaga jarak ini berubah jadi terlalu ikut campur dan bergantung seperti tipe-2 yang Selalu Ingin Terlibat. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-4 yang pencemburu dan emosinya bagai roller coaster ini akan lebih objektif dan bermoral seperti tipe-1.



5 Si Detektif: Intens dan Pemikir


Tipe ini tajam, intelektual, inovatif, menyimpan rahasia dan suka mengisolasi diri. Ketakutan terbesar: merasa tak bisa mengerjakan sesuatu, tak bisa membantu, atau tak terampil. Kebutuhan dasar: mampu dan berkompeten.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-4, menjadi Iconoclast yang tak tak segan menyerang idola orang banyak hingga yang condong ke sayap-6, menjadi Pemecah Masalah.


Bila tertekan/stress, tipe-5 yang mandiri ini tiba-tiba menjadi hiperaktif dan tidak fokus mirip tipe-7 yang selalu Bersemangat pada banyak hal. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-5 yang rakus ini akan lebih percaya diri dan tegas mengambil keputusan seperti tipe-8 yang gemar Bertualang.



6 yang Tak Pernah Ingkar: Berkomitmen dan Mencari Rasa Aman


Tipe ini menawan dan menarik perhatian, bertanggung jawab, gelisah dan selalu curiga. Ketakutan terbesar: merasa tak didukung dan tak punya petunjuk apa yang harus dilakukan. Kebutuhan dasar: rasa aman dan penyemangat dari luar.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-5, menjadi Pelindung yang serba detail mengawasi hingga yang condong ke sayap-7, Sahabat Sejati.


Bila tertekan/stress, tipe-6 yang penuh rasa taggung jawab ini tiba-tiba menjadi kompetitif dan arogan seperti tipe-3 yang Keras. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-6 yang selalu ketakutan dan pesimistik ini akan lebih santai dan agak optimistik seperti tipe-9 yang Damai.



7 yang Selalu Semangat: Sibuk dan Suka Bersenang-senang


Tipe ini berpembawaan spontan, mudah sekali memasuki lingkungan baru, sangat materialistik dan tidak fokus. Ketakutan terbesar: kekurangan materi atau keuntungan dan menderita/sakit/luka. Kebutuhan dasar: terpuaskan dan kebutuhannya terpenuhi.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-6, menjadi Penghibur yang menyenangkan hingga condong ke sayap-8 yang Realis.


Bila tertekan/stress, tipe-7 yang tak fokus ini tiba-tiba menjadi perfeksionistik dan kritis seperti tipe-1 yang Kaku. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-7 yang gemar menyantap yang enak-enak ini akan lebih fokus dan tertarik pada kehidupan seperti tipe-5.



8 Sang Petualang: Perkasa dan Mendominasi


Tipe ini sangat percaya diri, pemberi solusi, punya keinginan kuat dan sering menantang orang lain. Ketakutan terbesar: disakiti dan dikendalikan pihak lain. Kebutuhan dasar: melindungi/menguasai diri dan nasibnya sendiri.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-7 yang Pemberontak hingga condong ke sayap-9 yang Manis.


Bila tertekan/stress, tipe-8 yang penuh percaya diri ini tiba-tiba menjadi tertutup dan takut seperti tipe-5 yang Isolatif itu. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-8 yang seksual dan mengendalikan ini akan lebih terbuka dan penyayang seperti tipe-2.



9 Si Santai: Asyik dan Mengecilkan Diri


Tipe ini sangat terbuka, mudah menghilangkan kegelisahan/ketakutan orang lain, penurut namun sering tak hirau pada pencapaian orang lain (dengan mengatakan ia pun bisa melakukan yang seperti itu). Ketakutan terbesar: kehilangan dan perpisahan. Kebutuhan dasar: diri yang tak bergejolak.


Varian tipe ini dapat berkisar dari sifat yang condong ke sayap-8 menjadi Wasit yang memastikan 'permainan' berlangsung dengan baik hingga condong ke sayap-1 yang Pemimpi.


Bila tertekan/stress, tipe-9 ini tiba-tiba menjadi gelisah dan takut seperti tipe-6 yang Penggelisah. Tapi bila merasa nyaman (dengan dirinya), tipe-9 yang pemalas/penunda-nunda dan rendah diri perduli pada perkembangan diri dan lebih berenergi seperti tipe-3.

 

FENOMENOLOGI

By: Piarman, dkk

  1. Pendahuluan

Pada  awal abad XX muncul dua gerakan filsafat baru dan orisinal, yaitu fenomenologis dan eksistensialisme. Kedua gerakan ini berkaitan erat baik secara historis maupun secara konseptual. Setelah berkembang dan menyebar dengan pesat, kedua gerakan ini tersebut menjadi yang paling berpengaruh pada abab ini. Pengaruhnya ini memasuki lapangan-lapangan ilmu lainnya seperti, psikologi, antropologi, hukum, teologi, sosiologi, seni, sastra dan psikiatri  (Misiak,2005).

Gerakan Fenomenologi berkembang di Jerman, yang pengembangannya dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938). Dia lahir di Moravia, sebuah kota yang waktu itu termasuk wilayah Kekaisaran Austria, dan sekarang berada di wilayah Cekoslowakia. Dari tahun 1876 hingga tahun 1878 Husserl belajar di Leipzig, dimana ia mendengar kuliah Wundt tentang psikologi. Pada tahun 1884 dan memusatkan perhatiannya pada studi filsafat di bawah bimbingan Franz Brentano.

Ajaran Brentano inilah yang menyuburkan pemikiran Husserl dan mengarahkannya pada pengembangan fenomenologi. Oleh karena gagasan filosofi Brentano merupakan benih bagi filsafat baru ini, maka pantas Brentano ini disebut sebagai pelopor lahirnya gerakan fenomenologi. Akan tetapi fenomenologi tidaklah seluruhnya identik dengan filsafat Husserl, karena dengan berlalunya waktu berbagai orientasi fenomenologi yang terpisah telah berkembang, beberapa diantaranya keluar bahkan bertentangan dengan pemikiran Husserl. Fenomenologi bukanlah suatu aliran atau doktrin dalam arti sekumpulan ajaran tertentu. Lebih tepat apabila menyebut fenomenologi ini sebagai suatu gerakan yang mencakup berbagai doktrin yang memiliki inti umum.

  1. Pengertian Fenomenologis

Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata : phenomenon (jamak : phenomena), dan logos. Dari sudut bahasa, istilah phenomenon bisa diartikan sebagai penampilan, yaitu penampilan sesuatu yang menampilkan diri. Dalam psikologi, fenomena biasanya didefinisikan sebagai data dari pengalaman yang dapat diamati dan dijabarkan oleh subjek yang mengalami pada suatu waktu.

Dan dalam ilmu filsafat fenomena pada umumnya diartikan sebagai penampilan sesuatu yang kontras dengan sesuatu itu sendiri.  Fenomenologi dalam arti luas adalah suatu filsafat yang berpegang pada  motto Husserl “kembali kepada berbagai hal itu sendiri” yang bisa diartikan sebagai deskripsi yang bisa dipercaya dan tak menyimpang tentang kesegaran kesadaran (Misiak,2005).

Dalam definisi lainnya juga disebutkan fenomenologi merupakan teori tentang fenomena, yang mempelajari apa yang tampak atau yang menampakkan diri (Biyanto, 2006). Dalam pendekatan mazhab ketiga, fenomenologi berkonsentrasi pada studi tentang fenomena yang dialami oleh individu, dengan penekanan pada bagaimana tepatnya suatu fenomenon terjadi pada individu yang mengalaminya terkait kekhususannya dan kekonkretannya(Breman, 2006).

Husserl sebagai pelopor gerakan fenomenologi menyatakan bahwa fenomenologi adalah ilmu pengetahuan tentang fenomena, tentang objek-objek sebagaiamana objek-objek itu dialami atau menghadirkan diri dalam kesadaran kita (Misiak,2005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fenomenologis berkaitan dengan fenomena, instuisi langsung, kesadaran dan pengalaman yang dialami oleh individu yang dapat diamati dan diinterpretasikan.

  1. Metode Fenomenologis

 

            Metode fenomenologis terdiri dari pengujian terhadap apa saja ditemukan dalam kesadaran. Sasaran utama metode fenomenologis bukanlah tindakan kesadaran, melainkan objek dari kesadaran, seperti segala hal  yang dipersepsi, dibayangkan, diragukan atau disukai. Tujuan utamanya adalah menjangkau esensi-esensi hal-hal tertentu yang hadir dalam kesadaran.

            Spiegelberg dalam bukunya Phenomenologi Movement (1971) menjelaskan metode fenomelogis yang paling mendasar dan digunakan secara luas adalah deskripsi fenomenologis. Deskripsi fenomenologis ini bisa dibedakan kedalam tiga fase, yaitu :

  1. Mengintuisi artinya mengkonsentrasikan secara intens atau merenungkan fenomena.
  2. Menganalisis, artinya menemukan berbagai unsur atau bagian-bagian pokok dari fenomena dan pertaliannya.
  3. Menjabarkan, yaitu menguraikan fenomena yang telah diintuisi dan dianalisis, sehingga fenomena itu bisa dipahami oleh orang lain (Misiak,2005).

Langkah yang lainnya dari metode fenomenologis adalah Wessenschau, yaitu ”pemahaman terhadap esensi-esensi”, dan pengalaman atau kognisi tentang esensi-esensi. Contoh, survey corak bayangan merah” mengarahkan kita pada pencapaian esensi  kemerahan. Syarat utama bagi keberhasilan penggunaan metode fenomenologis adalah membebaskan diri dari praduga-praduga. Menurut keyakinan Husserl, pencapaian esensi-esensi fenomena itu merupakan prasyarat dan landasan yang diperlukan oleh segenap ilmu pengetahuan empiris, termasuk psikologi.

Sebagai suatu metodologi, fenomenologi terbuka bagi segala sesuatu yang penting bagi pemahaman tentang suatu fenomenon. Subjek yang mengalami fenomenon perlu merasakannya dengan tepat seperti yang tampak dalam kesadaran, tanpa penilaian terlebih dahulu, bias, atau kecenderungan atau orientasi yang telah ada sebelumnya. Tujuan metode ini adalah :

  1. Pembatasan struktur fenomena sebagaimana yang muncul;
  2. Peneyelidikan tentang asal usul atau basis fenomena sesuai dengan yang dialami;
  3. Penekanan pada berbagi kemungkinan cara mempersepsi semua fenomena (Breman, 2006).

Tugas fenomenologi adalah menyelidiki proses-proses intuisi, refleksi dan deskripsi. Fenomenologi tidak dimanipulasi, tetapi dibiarkan untuk menunjukkan dirinya. Substansi dari fenomenologi terdiri dari data pengalaman dan apa maknanya bagi individu yang mengalaminya. Fenomenologi menolak reduksionisme yang terdapat dalam berbagai metode empiris dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Fenomenologi lebih memfokuskan pada signifikansi dan relevansi fenomena dalam kesadaran dan perspektif individu secara utuh.

D.   Pandangan Fenomenologis

 

Menurut aliran ini, untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan adalah dengan menggunakan intuisi langsung, karena dapat dijadikan kriteria terakhir dalam filsafat. Fenomenologi merupakan teori tentang fenomena, yang mempelajari apa yang tampak atau yang menampakkan diri (Biyanto, 2006).

Tujuan Husserl adalah menemukan filsafat ilmu pengetahuan, dan metodologi yang berhubungan, yang akan sama ketatnya dengan metode empiris tanpa perlu perlu mereduksi subjek pembahasan menjadi elemen-elemen pembentuk. Husserl membedakan pengetahuan menjadi dua cabang umum yaitu:

  1. Ilmu pengetahuan alam tradisonal, yang mencakup berbagai disiplin yang mempelajari pengetahuan individu tentang dunia fisik yang mengarahkan manusia pada lingkungan.
  2. Ilmu pengetahun filsafat, studi tentang pengalaman individu tentang dirinya sendiri sebagai subjek pembahasan, yang mengarahkan individu ke dalam dirinya.

Bagi Husserl, kesadaran tidak eksis sebagai agen mental abstrak atau tempat penyimpanan pengalaman. Kesadaran diartikan sebagai individu yang menyadari tentang sesuatu, yaitu kesadaran eksis sebagai pengalaman individu tentang suatu objek.

Untuk mempelajari kesadaran, Husserl memperkenalkan metode reduksi fenomenologis, yang bukan merupakan pendekatan empiris dan elementaristik yang mereduksi peristiwa-peristiwa psikologis menjadi bagian-bagiankomponen, melainkan cara untuk menangkap citra utama kesadaran dengan menembus lapisan-lapisan penglaman.

Ia menggambarkan tiga tipe reduksi fenomenologis sebagai berikut :

  1. Pengelompokan kemenjadian, yang menjelaskan hubungan dalam suatu pengalaman antara individu dan objek kesadaran  sambil mempertahankan keutuhan esensial pengalaman.

Sebagai contoh, pengalaman yang digambarkan dalam ”Saya melihat anjing” dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 

(Subjek)                        (tindakan mengalami)

     (Saya)                           (Melihat)                           (Anjing)

 


(pengalaman)                                                        (objek pengalaman)  

  1. Hubungan dunia budaya dengan suatu pengalaman langsung. Tipe reduksi ini memahami asimilasi dan sikap yang diperoleh dan diikuti oleh masyarakat, yang mengakibatkan berbagai moda budaya menghasilkan rangkaian kontekstual berkelanjutan dalam pengalaman.
  2. Reduksi transendental, yang menuntun individu dari dunia femomenal pengalaman spesifik ke level subjektivitas yang berada di atas realitas saat ini ke suatu level integratif keutuhan pengalaman (Breman, 2006).

Dengan demikian, Husserl berupaya memberikan suatu alternatif bagi reduksionisme elementaristik pendekatan-pendekatan empiris ke dalam model ilmu pengetahuan alam. Tokoh fenomenologi lainnya adalah Martin Heidegger (1889-1976), yang merupakan asisten Husserl di Freiburg, yang memperluas interpretasi fenomenologi tersebut. Salah satu karya utama dari Heidegger ini adalah Being and Time (1927), yang didedikasikan bagi Husserl, namun karya  tersebut berisi  benih-benih ketidaksepakatan mereka.

Pada intinya, Husserl menekankan studi filsafat sebagai kajian tentang kesadaran, sedangkan Heidegger menekankan filsafat sebagai studi kemenjadian.Ia membedakan antara kemenjadiann sebagai kata benda dan kemenjadian sebagai kata kerja. Fenomenologi telah memungkinkan fenomena dapat dipahami, jika tidak memaksanya menjadi struktur-struktur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Heidegger mengkategorikan eksistensi manusia dalam tiga sifat dasar yang saling berinteraksi, yaitu :

1.      Suasana hati (mood) atau perasaan

      Manusia tidak memiliki suasana hati, mereka adalah suasana hati itu sendiri (kita adalah kebahagiaan, kita adalah kesedihan)

 

 

2.      Pemahaman

Eksistentensi manusia harus dikaji sebagai upaya memahami kemenjadian kita. Heidegger menggambarkan upaya tersebut sebagai berdiri terbuka di hadapan dunia sehingga kita dapat menginternalisasi konirmasi kita tentang kebenaran atau kepalsuan pengalaman kita, yang dengan demikian kita menjadi diri yang sejati.

3.      Percakapan

Berakar dalam keheningan internal individu, percakapan sebagai bahasa menjadi alat untuk mengetahui tentang diri kita sebagai wujud hidup(Breman, 2006).

Salah satu konsep Husserl adalah life world (dunia hidup), yaitu dunia pengalaman sehari-hari. Keberangkatannya berangkat dari afirmasi-afirmasi :

  1. Pemeriksaan filosofis tidak bisa dimulai kecuali dari fenomena, sebab hanya fenomena itulah yang tersedia bagi kita dan hanya fenomena itulah bahan yang bisa segera kita digunakan.
  2. Hanya fenomena itulah yang membukakan kepada kita, apa esensi sesuatu itu.

Menurut Husserl, pendekatan yang mungkin untuk mengetahui berbagai hal (fenomena) adalah mengeksplorasi kesadaran manusia. Jadi fenomenologi pada prinsipnya adalah eksplorasi yang sistematik dan penuh atas kesadaran manusia (Misiak,2005).

Konsep lain yang dikemukaan adalah tentang intensionalitas kesadaran. Konsep ini mengkitik teori dualistik Descartes terhadap manusia dan dunia. Dengan dualismenya Descartes memisahkan subjek dari objek yang disadarinya. Husserl berusaha untuk menutup jurang dikotomi yang ditimbulkan oleh dualisme Husserl  itu dengan menggunakan kosep yang diambil dari Brentano, yaitu kosep instensionalitas kesadaran.  Busserl menyebutkan bahwa ciri yang esensial dari kesadaran intensional, yakni kesadaran itu selalu mengarah atau menuju kepada sesuatu : objek yang menjadi isinya.

Pandangan Fenomenologis dalam mempersepsi dunia, realitas sosial, memandang esensi manusia dan ilmu pengetahuan diantaranya :

1.      Realitas Sosial

Ø      Bersifat Subjektive

Ø      Diciptakan, bukan ditemukan

Ø      Diinterpretasikan

2.      Manusia

·        Memberikan arti pada dunia

·        Tidak dibatasi hukum dari luar diri

·        Menciptkan rangkaian makna

3.      Ilmu Pengetahuan

v     Didasari pengetahuan common sense

v     Menggunakan pendekatan induktif

v     Ilmu bersifat idiografis

v     Ilmu tidak bebas nilai

v     Didasari pada pemahaman dan interpretasi

 

4.      Tujuan Penelitian

Ø      Menekankan pada makna dan pemahaman

Ø      Memahami kehidupan sosial

Ø      Meninterpretasi dunia

E.   Penerapan Fenomenologis dalam  Psikologi

Sebagai sebuah pandangan psikologi kontemporer, pandangan fenomenologis terkait erat dengan dasar-dasar filsafatnya. Psikolologi fenomenologis umumnya merupakan merupakan penerapan prinsip-prinsip filsafat, biasanya dalam situasi yang bersifat terapi klinis.

Prinsip-prinsip fenomenologis yang diterapkan dalam ilmu psikologi itu antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

1.       Manusia dipandang sebagai individu yang eksis sebagai yang menentukan dunia. Setiap eksisitensi manusia adalah unik dan mencerminkan persepsi, sikap dan nilai-nilai individual.

2.       Individu harus diperlakukan sebagai produk perkembangan pribadi, bukan sebagai wujud kesatuan umum manusia. Dan psikologi harus berkaitan dengan pengalaman individual dalam kesadaran untuk memahami eksistensi manusia.

3.       Manusia menjalani hidup dengan berjuang untuk melawan depersonalisasi eksistensi oleh masyarakat, yang mengakibatkan keterasingan, kesepian dan kecemasan subjektif.

4.       Fenomenologi sebagi sebuah metode memungkinkan pengujian terhadap individu yang sedang mengalami suatu pengalaman (Breman, 2006).

Ada dua tokoh psikologi yang terkenal sebagai pendukung pendekatan fenomenologis dalam psikologi, yaitu Maurice Merleau-Ponty dan Ludwig Binswanger. Berikut kami ungkapkan beberapa pandangan mereka tentang fenomenologis dalam psikologi.

 

1)      Maurice Marleau-Ponty (1908-1961)

Dalam karya yang paling terkenal, Phenomenology of Perception (1944), Merleau-Ponty menggambarkan psikologi sebagai studi tentang individu dan hubungan sosial sebagaimana hubungan tersebut secara khusus menghubungkan kesadaran dan alam. Ponty berpendapat bahwa manusia bukanlah sebuah kesadaran yang meiliki karakteristik namun manusia adalah sumber absolut eksistensi. Individu tidak memerlukan eksistensi dari peristiwa-peristiwa  fisik yang terjadi sebelumnya. Malahan, manusia berkembang ke arah lingkungan dan mempertahankan berbagai peristiwa fisik dengan dengan memasukkan aspek-aspek lingkungan ke dalam eksistensinya. Oleh karenanya, psikologi merupakan studi tentang intensionalitads individual. Setiap niat adalah perhatian dan kita tidak dapat mmperhatikan sesuatu, kecuali jika kita mengalaminya.

Ponty menyampaikan tiga pertanyaan utama yang dihadapi psikologi modern, yaitu :

1.       Apakah manusia merupakan organisme yang aktif atau reaktif ?

2.       Apakah aktivitas ditentukan secara internal atau eksternal?

3.       Apakah aktivitas psikologis bersumber dari internal, dan dapatkah pengalaman subjektif dipertemukan dengan ilmu pengetahuan?

 

Ponty berpendapat bahwa metode empiris positivistik tidak dapat menjelaskan proses-proses manusia. Subjek pembahasan utama psikologi haruslah pengalaman, yang bersifat pribadi dan individual yang terjadi dalam diri manusia.  Kesimpulannya, bahwa  pendekatan yang tepat digunakan dalam psikologi adalah mempelajari rahasia- persepsi diri, yang hanya dapat dicapai melalui metode  deskriptif fenomenologi.

 

2)      Ludwig Binswanger

Binswanger berupaya mengintegrasikan fenomenologi terutaman karya-karya Husserl dan Heidegger dengan psikoanalisis. Menggunakan konsep Heidegger tentang kemenjadian individu di dunia, Binswanger menyebut pendekatannya dengan daseins-analyse. Ia berpendapat bahwa reduksionisme metode ilmu pengetahuan alam tidak memadai, ia kemudian berpaling pada fenomenologi untuk memberikan penjelasan lengkap tentang aktivitas mental.

Tujuannya adalah membuat terapis untuk memahami dunia pasien sesuai pengalaman pasien itu sendiri. Ia membatasi penggunaan analisisnya pada pengalaman saat  ada dalam kesadaran, dan ia meyakini bahwa analisis tersebut harus mengungkap struktur-struktur fenomena yang diinterpretasi oleh setiap konteks makna yang ditetapkan secara individual oleh setuap pasien. Struktur makna fenomenal menggambarkan orientasi setiap individu dalam dunianya terkait proses-proses pikiran, rasa tahut dan kecemasan, serta hubungan sosial.

 

.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Biyanto. (2006). "Hubungan Agama dan Fisafat di Barat"  Artikel Ilmiah 6774.

 

Breman, J. F. (2006). Sejarah dan Sistem  Psikologi (N. S. Fajar, Trans. Enam ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Misiak, Henryk & Sexton, Virginia Staudt.2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistik Suatu Survai Historis: Refika Aditama.

 

Drijarkara, SJ (1966), Pertjikan Filsafat. PT. Pembangunan Djakarta

 

Brouwer, MAW(1984), Psikologi Fenomenologi. Gramedia Jakarta.

 

 

PENGUKURAN IKLIM SEKOLAH

OLEH: Piarman, dkk

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

A.  Latar Belakang

            Lingkungan sosial dalam dunia pendidikan berpengaruh terhadap bidang akademis dan adaptasi sosial siswa. Salah satu aspek lingkungan sekolah yang berkatan dengan sejumlah hasil adaptasi tersebut adalah iklim sosial yang dialami siswa di sekolahnya (Trickett & Moos 1973 dalam Brand dkk, 2003). Peran iklim madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa telah banyak didukung oleh para peneliti. Namun demikian ada juga hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara iklim sekolah dengan prestasi belajar (Culpepper, 1993 dalam Bulach dkk, 1995).

            Iklim madrasah merupakan salah satu model konseptual dari kultur dan organisasi madrasah. Iklim madrasah berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dan guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Pintrich & Schunk, 1996 dalam Desmaliza, 2005 menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan salah satu model konseptual dari kultur dan organisasi sekolah yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dan guru dalam membentuk tujuan (Goal orientation), membantu meningkatkan self efficacy, usaha, ketekunan dan prestasi belajar siswa, serta kepuasan guru atas keberhasilannya mengajar. Iklim madrasah merupakan variabel yang dipersepsikan oleh siswa, guru, kepala sekolah dan personel lainnya dalam madrasah. Menurut Brookover, 1978 dalam Owens, 1991 menyatakan bahwa “iklim sekolah terdiri dari sejumlah variabel yang dipersepsikan anggota suatu kelompok siswa, guru, kepala sekolah maupun pegawai lainnya mengenai norma-norma yang berlaku dalam sistem sosialnya dan harapan yang dipegang dan dikomunikasikan oleh anggota kelompok tersebut.” Dengan demikian iklim madrasah merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Iklim madrasah berkaitan dengan perasaan siswa terhadap kondisi dan keadaan lingkungan madrasah dimana siswa menuntut ilmu.

            Sebagian besar iklim madrasah kurang kondusif. Hal ini terlihat dari sarana prasarana madrasah yang kurang memadai. Sarana prasarana madrasah belum ditata dengan teratur. Secara umum tingkat kebersihan madrasah masih cukup memprihatinkan. Misalnya kebersihan ruang kelas, halaman madrasah, WC, kamar mandi yang terkesan jorok. Selain itu kondisi madrasah yang menyangkut hubungan interpersonel dalam madrasah juga belum kondusif. Keadaan ini terlihat hubungan antar siswa, hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan kepala sekolah, hubungan siswa dengan pegawai tata usaha dan hubungan orang tua siswa dengan madrasah masih belum optimal dan belum kondusif. Banyak siswa yang tidak peduli dengan keadaan teman-temannya. Sebagian besar guru-guru bahkan kepala madrsah kurang peduli terhadap kesulitan belajar siswa. Hubungan orang tua siswa dengan madrasah  kurang terbina dengan baik. Hal-hal inilah yang perlu diadakan pengukuran terhadap keadaan iklim madrasah. Dengan mengetahui keadaan iklim madrasah diharapkan dapat menjadi perhatian bagi para pengelola madrasah khususnya kepala madrasah dan Departemen Agama.

 

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.  Mengetahui kondisi iklim madrasah

2.  Menambah pemahaman tentang hubungan iklim madrasah dengan prestasi belajar

3. Memberikan rekomendasi kepada managemen madrasah guna menciptakan iklim madrasah yang kondusif dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

 

 

A.  Madrasah

1. Pengertian Madrasah Aliyah

Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan formal yang sederajat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Keduanya berada pada jenjang pendidikan menengah yang bertujuan menyiapkan para peserta didiknya untuk: (1) melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, dan atau (2) memasuki kehidupan di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 definisi madarsah mengalami perubahan dari ‘sekolah agama’ menjadi ‘sekolah umum berciri khas islam’ (Jamaluddin, 2003).

Perubahan definisi tersebut bukan hanya memberikan legitimasi kepada madrasah sebagai lembaga pendidikan modern, melainkan menjadi bagian terpisah dari sistem pendidkan nasional. Meskipun demikian, upaya tersebut tidak bisa memposisikan pendidikan madrasah secara substansial sejajar dengan pendidikan umum. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan madrasah tetap menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Dengan kehadiran Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, madrasah justru ditantang untuk mentransformasikan dirinya secara terencana dan sistematis. Transformasi itu menyangkut aspek kelembagaan, kurikulum, maupun tenaga pengajar yang kompatibel.

 

2. Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah

Tujuan pendidkan Madrasah Aliyah pada dasarnya sama seperti tujuan pendidikan pada SMU. Tujuan pendidikan Madrasah Aliyah (Depag, 2000: 1-1) adalah: 

1)      Menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.

2)      Menyiapkan siswa agar mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran agam islam.

3)      Menyiapkan siswa agar mampu menjadi masyarakat dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar yang dijiwai suasana keagamaan.

 

Madrasah Aliyah sebagai sub sistem pendidikan nasional secara fungsional dituntut untuk menjabarkan butir-butir tujuan di atas ke dalam program operasional kegiatan pembelajaran. Penjabaran tersebut diperlukan agar dapat tercipta proses pembelajaran yang produktif, efektif dan efisien. Dengan demikian diharapkan Madrasah Aliyah dapat menghasilkkan lulusan yang berkualitas yang mampu berkiprah dalam masyarakat yang senantiasa berkembang. Sebagai acuan umum dalam pengelolaan madrasah maka MA harus di tempatkan sebagai lembaga lembaga pendidikan yang dikelola secara profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis yang memiliki standar kualitas sebagai lembaga pendidikan menengah yang bermutu. MA harus tetap berada pada jati dirinya sebagai lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan islam.

 

B. Iklim Sekolah

Iklim sekolah didefinisikan sebagai perasaan siswa dan staff sekolah terhadap lingkungan sekolah selama beberapa periode tertentu (Peterson dan Skiba, 2001 dalam Desmalisa, 47). Perasaan ini berkaitan dengan lingkungan yang nyaman dan mendukung untuk kegiatan belajar dan mengajar, keteraturan  dan keamanan yang dirasakan oleh setiap personel sekolah. Iklim sekolah berkaitan juga dengan perasaan positif (dukungan dan kenyamanan) atau perasaan negatif (ketakutan, frustasi, dan dikucilkan) ketika berada dalam lingkungan sekolah (Peterson & Skiba, 2001 dalam Desmalisa, 47). Lezotte dkk. (1980 dalam Desmalisa, 48) mendefinisikan iklim sekolah sebagai persepsi seseorang tentang atribut psikologis dan institusional sebuah organisasi. Atribut fisik tidak termasuk iklim sekolah karena hanya sedikit bukti yang menunjukkan pengaruhnya terhadap iklim sekolah.

Iklim sekolah merupakan perasaan pribadi setiap anggota sekolah tentang pengalaman siswa terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekolahnya. Brookover, 1978 & Owens, 1991 (dalam Desmaliza, 50) mengemukakan bahwa iklim sekolah mencakup sejumlah variabel yang dipersepsikan oleh anggota suatu kelompok mengenai norma-norma yang berlaku dalam sistem sosialnya dan harapan yang dipegang dan dikomunikasikan oleh anggota kelompok tersebut.

Dari beberapa pengertian`di atas dapat diambil kesimpulan bahwa iklim sekolah merupakan perasaan pribadi setiap anggota sekolah tentang pengalaman personel terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekolahnya. Iklim sekolah merupakan perasaan pribadi terhadap sekolah baik fisik maupun non fisik. Iklim sekolah merupakan perasaan negatif dan positif dari semua personel sekolah terhadap kondisi sekolahnya baik fisik maupun non fisik.

 

C. Belajar dan Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sangatlah  beragam dan bergantung dari siapa yang mendefinikannya. Ada orang yang berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan untuk mengumpulkan dan menghapalkan fakta yang disajikan melalui materi pelajaran yang mengarah pada kemampuan tertentu, seperti berhitung, membaca, atau menulis Pengertian ini akan menentukan indicator keberhasilan belajar yang dicapai oleh seseorang.

Definisi belajar dapat dikemukakan antara lain sebagai proses adaptasi yang progresif (Skinner, 1972 dalam Dezmalisa, 2005:); perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus (Chaplin, 1972); perubahan yang terjadi dalam diri organisma, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisma tersebut (Hintzman, 1978); perubahan yang mencakup keseluruhan tingkah laku akibat pengalaman (Wittig, 1981). Definisi mengenai belajar ini terlihat jelas didominasi oleh pengaruh behavioristik. Dalam hal ini, perubahan tingkah laku yang dimaksud sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang menyebabkannya. Proses belajar sengaja diciptakan melalui upaya melakukan rekayasa lingkungan sebagai stimulus untuk membentuk dan mengarahkan prilaku organisma yang lebih menetap sebagai respons atas stimulus tersebut. Selain itu respons organisma tersebut dibuat lebih permanen melalui reinforcement (Reber, 1989).

Dari perspektif psikologi kognitif, Biggs (1991) mendifinisikan belajar berdasarkan tiga macam rumusan, yaitu kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Secara kuantitatif, belajar dilihat dari berapa banyak materi yang dikuasai siswa karena berkaitan dengan pengisisan dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Dari segi institusional, belajar merupakan proses validasi terhadap penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Dalam kaitan ini, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru, maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam skor atau nilai.

Berdasarkan tinjauan kualitatif, belajar merupakan proses memeperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya piker dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi siswa dikemudian hari.

 

2. Prestasi Belajar

Pada dasarnya,  hasil belajar siswa dapat mencakup berbagai domain psikologis yang meliputi aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif siswa. Ketiga aspek ini berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Bila aspek Psikomotorik berkaitan  dengan keterampilan gerak, tindakan, dan kecakapan verbal serta non-verbal. Afektif terkait erat dengan penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, dan  kognitif menyangkut ingatan,  pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Prestasi belajar siswa adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajarnya pada materi pelajaran tertentu. Menurut Zainal Arifin (1989) prestasi belajar adalah sebagai hasil dari usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal pada bidang pendidikan. Hasil belajar ini secara kuantitatif, dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka tertentu yang dapat diberikan penafsiran dan juga secara kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian hasil belajar.

 

D. Konsep Iklim Madrasah

Iklim madrasah merupakan  perasaan siswa dan staf madrasah terhadap lingkungan madrasah. Perasaan tersebut berkaitan dengan lingkungan yang nyaman dan mendukung untuk kegiatan belajar dan mengajar, keteraturan  dan keamanan yang dirasakan oleh setiap personel madrasah. Iklim madrasah berkaitan juga dengan perasaan positif (dukungan dan kenyamanan) atau perasaan negatif (ketakutan, frustasi, dan dikucilkan) ketika berada dalam lingkungan madrasah. Iklim madrasah merupakan persepsi seseorang tentang atribut psikologis dan institusional sebuah organisasi. Iklim madrasah mencakup sejumlah variabel yang dipersepsikan oleh anggota madrasah mengenai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam sistem sosialnya serta harapan yang dipegang dan dikomunikasikan oleh anggota madrasah.

 

E. Konstruk Iklim Madrasah

Iklim Madrasah merupakan perasaan pribadi tentang pengalaman siswa terhadap situasi dan kondisi lingkungan madrasah baik fisik maupun non fisik. Perasaan tersebut berkaitan dengan lingkungan yang nyaman dan mendukung untuk kegiatan belajar dan mengajar, keteraturan  dan keamanan yang dirasakan oleh setiap personel madrasah. Iklim madrasah juga mencakup sejumlah variabel yang dipersepsikan oleh siswa madrasah terhadap teman-temannya, guru-gurunya, kepala madrasah, pegawai tata usaha, dan personel lainnya serta kepedulian orang tua terhadap madrasah. Selain itu iklim madrasah mencakup perasaan siswa sebagai bagian dari madrasah dan perasaan memiliki memiliki madrasah. Iklim madrasah juga menyangkut norma-norma yang berlaku dan harapan yang dipegang dan dikomunikasikan oleh anggota madrasah.

 

F. Dimensi-Dimensi Iklim Madrasah

Dimensi iklim madrasah menyangkut perasaan semua personel terhadap kondisi madrasah baik fisik maupun non fisik, Iklim madrasah merupakan sikap-sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma yang menjadi dasar pelaksanaan pengajaran, tingkat prestasi akademis dan pengoperasian sekolah (Brookover dkk, 1997, dalam McEvoy dan Welker, 2000). Bila dilihat dari perasaan setiap pribadi di lingkungan sekolah, ada tiga asfek afektif iklim sekolah berdasarkan pendapat Pintrich dan (1996), yaitu:

1. Perasaan sebagai bagian dari komunitas dan memiliki komunitas tersebut (A Sense of Community and Belongingeness)

Merupakan perasaan pribadi yang setiap orang miliki terhadap kelompok atau organisasinya dan memiliki komitmen terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi tersebut. Sebaliknya, organisasi dalam hal ini sekolah, juga peduli dan memberikan perhatian yang sepenuhnya terhadap kebutuhan setiap anggota di dalamnya.

Pada sekolah staf administrasi, staf pengajar dan para siswa saling menghormati dan peduli satu sama lainnya, akan berhubungan erat dengan kinerja positif guru dan siswa, yaitu orientasi tujuan (goal orientation), self efficacy, usaha (efforts), ketekunan (persistence) dan prestasi yang positif (Lee dkk (1993)  dalam  Pintrich & Schunk, 1996).

 

2. Kehangatan dan kesopanan dalam hubungan personal (Warmth and Civility in Personal relations)

Dimensi ini merefleksikan kehidupan afektif sekolah yang berkenaan dengan kehangatan dan kesopanan yang diekspresikan dalam hubungan antar pribadi di sekolah. Berkaitan dengan hubungan guru dan siswa, perasaan kepedulian, perhatian, dukungan, dan hormat terhadap siswa serta interaksi yang positif antara guru dan siswa, akan berhubungan positif dengan hasil motivasional.

Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain atau terciptanya masyarakat yang peduli terhadap sesama dapat menciptakan pengaruh yang sangat positif bagi seluruh siswa, bhkan bagi siswa yang berisiko mengalami kegagalan dalam bersekolah (Bryk.Lee dan Holland ,1993) dalam  Pintrich dan Schunk,1996 ).

Iklim emosional kelas berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Iklim emosional yang sangat negatif akan memiliki konsekwensi negatif pula bagi prestasi siswa (Pintrich dan Schunk,1996 ).Interaksi yang positif antara guru dan siswa dapat menciptakan iklim yang positif untuk seluruh anggota masyarakat sekolah.

 

3. Perasaan aman dan nyaman (Feelings of safety and scurity)

Iklim sekolah mengacu pada perasaan guru dan siswa terhadap keamanan dan kenyamanan personal. Persepsi ini mengacu pada perasaan seseorang dalam mengambil resiko dan merasa nyaman dalm menuangkan ide, opini dan beraktivitas. Saat ini ada beberapa sekolah yang mengabaikan kebebasan siswa dalam mengemukakan ide dan pendapatnya. Sekolah lebih memusatkan perhatian pada penciptaan rasa aman dan bebas dari rasa takut serta cemas terhadap kejahatan secara fisik.  Oleh karena itu sekolah seharusnya memperhatikan kedua aspek tersebut, yaitu rasa aman dalam menuangkan pendapat dan rasa aman dari ancaman fisik. Menurut Lee dan Brynk, 1989 dalam Desmaliza, 2005 dinyatakan bahwa  sekolah yang menawarkan lingkungan yang aman dan teratur ternyata memiliki siswa dengan prestasi belajar yang lebih tinggi.

Sekolah seharusnya memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh personel sekolah. Bila siswa merasa aman di sekolahnya prestasi belajarnya juga meningkat. Brand dkk, 2003 mengatakan bahwa rasa aman siswa di sekolah dapat mempengaruhi prestasi akademis mereka. Menurut Maslow, 1954 dalam Desmaliza, 2005 dikatakan bahwa jika seseorang sedang terfokus pada kebutuhan dasarnya yang berupa perasaan aman dan nyaman akan sulit bagunya untuk mencapai tujuan yang lain seperti aktualisasi diri. Oleh karena itu sekolah hendaknya memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa dan personel sekolah lainnya.

 

D. Atribut Iklim Madrasah

            Atribut-atribut yang digunakan untuk mengukur madrasah merupakan penjabaran dari tiga dimensi tersebut di atas. Lebih jelas seperti diuraikan di bawah ini.

a.   Perasaan sebagai bagian dan perasaan memiliki madrasah

1.  Perasaan siswa sebagai bagian dari madrasah

2.  Perasaan siswa ikut memiliki madrasah

3.   Komitmen siswa terhadap tujuan madrasah

4.   Komitmen siswa terhadap nilai-nilai atau norma-norma madrasah

 

b..   Kehangatan dan kesopanan dalam hubungan personal di madrasah

1. Interaksi positif antar siswa dalam kelasnya

2. Interaksi positif antar siswa dengan kelas lainnya

3. Interaksi positif antara siswa dengan guru

4. Interaksi positif antara siswa dengan kepala madrasah

5. Interaksi positif antara siswa dengan pegawai taata usaha

6. Interaksi positif antara orang tua siswa dengan madrasah

7. Kepedulian guru terhadap siswa

8. Perhatian guru terhadap siswa

9. Penghargaan guru terhadap siswa

10. Kepedulian Kepala Madrasah terhadap siswanya

11. Perhatian Kepala Madrasah terhadap siswanya

12. Kepedulian pegawai tata usaha terhadap siswanya

13. Kepedulian orang tua siswa terhadap madrasah

14. Kepedulian orang tua siswa terhadap pendidikan anaknya

 

c. Perasaan aman dan nyaman

1. Lingkungan fisik madrasah yang aman

2. Lingkungan non fisik madrasah yang aman

3. Penataan sarana madrasah yang teratur

4. Perasaan aman mengeluarkan pendapat dari siswa

5. Lingkungan fisik yang nyaman

6. Lingkungan non fisik yang nyaman.

 

E. Pengukuran iklim Madrasah

Pengukuran mengenai iklim madrasah terdiri dari dua sudut pandang  yaitu iklim madrasah menurut pandangan siswa dan iklim madrasah menurut pandangan guru. Iklim madrasah dari sudut pandang siswa, yang diukur adalah perasaan siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan diri dan lingkungan madrasahnya. Sedangkan iklim madrasah dipandang dari aspek guru, yang diukur adalah perasaan dan persepsi guru terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan madrasahnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur (instrumen) yang diadaptasi dari dimensi-dimensi afektif iklim sekolah yang telah dikemukakan oleh Pintrich dan Schunk, (1996), yaitu a sense of community and belongingness, wormth and civility in personal ralaions, dan feelings of safety and security.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

 

 

 

A. Metode Penelitian

1.      Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diukur pada penelitian ini adalah:

a. Kondisi iklim madrasah yang dirasakan siswa madrasah sebagai variabel bebas (independent variabel)

b.      Prestasi belajar siswa madrasah sebagai variabel terikat  (dependent variabel)

 

2.      Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional setiap variabel penelitian ini adalah:

a. Iklim madrasah adalah gambaran persepsi dari siswa tentang keadaan atau kondisi madrasah baik fisik maupun non fisik yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Iklim madrasah diukur melalui jawaban siswa terhadap pernyataan angket dalam kuesioner. Semakin tinggi skor yang dihasilkan dari kuesioner tersebut, maka diasumsikan semakin baik persepsi siswa terhadap iklim sekolah.

b. Prestasi belajar merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan seseorang dalam bidang akademik. Prestasi belajar adalah kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan pada suatu jenjang pendidikan, yang diukur dengan nilai raport.

 

B. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini bersifat non-eksperimental. Penelitian ini mengukur iklim madrasah yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini hanya mengadakan pengukuran terhadap iklim madrasah. Pengukuran terhadap prestasi belajar dan peeranan iklim madrasah terhadap prestasi belajar akan diadakan penelitian lebih lanjut.

 

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1, 2, dan kelas 3 MAN 13 Jakarta. Jumlah populasi sebanyak 600 siswa. Dipilihnya siswa MAN 13 berdasarkan pertimbangan bahwa madrasah tersebut kondisi sekolahnya sudah memenuhi standar kelayakan. Alasan lain madrasah tersebut kondisinya dalam keadaan normal (dalam statistik disebut berdistribusi normal). Artinya keadaan siswa madrasah tersebut baik secara akademis maupun non akademis ada yang menonjol, normal dan kurang. Sarana prasarana yang ada di madrasah tersebut cukup memadai.

 

2. Sampel Penelitian

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1, 2 dan kelas 3 MAN 13 Jakarta. Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 90 siswa dengan jumlah masing-masing kelas 6 siswa (jumlah kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 15 kelas). Menurut Suharsimi Arikunto (2002:112):

“untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

  1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
  2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
  3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.”

 

3. Teknik Pengambilan  Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Stratified Random Sampling Technique.  Masing-masing kelas dan tingkatan kelas dipilih secara acak (random) untuk dipilih sebagai sampel.

 

D. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan nilai raport. Kuesioner iklim sekolah disusun berdasarkan tiga aspek afektif iklim sekolah  menurut Pintrich dan Schunk (1995), yaitu a sense of community and belongingness, wormth and civility in personal ralaions, dan feelings of safety and security. Kuesioner digunakan untuk mengukur tentang persepsi siswa terhadap iklim madrasah. Kuesioner penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban. Pilihan jawaban tersebut meliputi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Penskoran masing-masing item untuk pernyataan item yang bersifat positif adalah Sangat Setuju (SS) skornya 5, Setuju (S) skornya 4, Ragu-ragu (RR) skornya 3, Tidak Setuju (TS) skornya 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) skornya 1. Sedangkan pernyataan item yang bersifat negatif penskorannya sebagai berikut Sangat Setuju (SS) skornya 1, Setuju (S) skornya 2, Ragu-ragu (RR) skornya 3, Tidak Setuju (TS) skornya 4 dan Sangat Tidak Setuju (STS) skornya 5.

Kuesioner ini terdiri dari 50 item dengan perincian untuk aspek a sense of community and belongingness 8 item, aspek wormth and civility in personal ralaions 29 item dan aspek  feelings of safety and security 13 item.

 

Dimensi yang diukur

Nomor item

Jumlah

Favorable

Unfavorable

A sense of community and belongingness

01, 02, 03, 04, 05, dan 09

06 dan 10

8

Wormth and civility in personal ralaions

07, 08, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 47, dan 48

11, 15, 49 dan 50

29

Feelings of safety and security.

 

20, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 44, 45, dan 46

23 , 42 dan 43

13

Jumlah

51

9

50

 

 

 

2. Nilai Raport

Nilai raport digunakan untuk melihat prestasi belajar siswa. Nilai raport diperoleh dari dokumentasi nilai raport kelas 1, kelas 2, dan kelas 3  berdasarkan kurikulum dari DEPAG. Nilai masing-masing mata pelajaran diperoleh dari penjumlahan tes sumatif, tes formatif dan tugas-tugas harian. Nilai prestasi belajar yang digunakan adalah nilai rata-rata semua pelajaran. Nilai rata-rata diperoleh dari jumlah nilai seluruh mata pelajaran dibagi dengan banyaknya mata pelajaran tersebut.

 

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Penyusunan kuesioner iklim madrasah dalam penelitian ini mengacu pada aspek-aspek afektif iklim sekolah yang dikemukakan oleh Pintrich dan Schunk (1996) dan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah, guru-guru, serta siswa-siswi MAN 13 Jakarta.

Uji face validity yaitu dengan mengkonsultasikan instrumen yang telah selesai disusun peneliti kepada pembimbing mata kuliah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh saran perbaikan. Setelah mengadakan perbaikan instrumen berdasarkan saran dari pembimbing, peneliti melakukan uji keterbacaan instrumen kepada beberapa orang siswa. Tujuannya untuk melihat pemahaman mereka terhadap item-item yang terdapat dalam kuesioner tersebut dan melihat waktu yang diperlukan untuk mengisi  kuesioner.

 

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini  akan  dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Desember 2006 di  MAN  13  Jakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1, 2 dan kelas 3 MAN 13 Jakarta. Subyek penelitian dipilih secara random.

 

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis item dengan menggunakan program SPSS versi 13.00 for windows. Prosedurnya adalah dengan memasukkan data iklim madrasah dari hasil jawaban kuesioner siswa secara keseluruhan, kemudian melakukan uji reliabilitas dan validitas dengan cara mengkorelasikan  nilai setiap item dengan nilai total item, dengan teknik Pearson’s Product Moment. Uji Reliabilitas dilakukan dengan perhitungan reliabilitas alpha Cronbach.

 

BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL INTERTPRETASI

 

 

A. Tabel Analisis Item

 

No

Daya Pembeda

Proportion Endorsing

Keputusan

1

2

3

4

5

1

0,298

0,053

0,095

0,284

0,358

0,211

Direvisi

2

0,521

0,021

0,021

0,253

0,432

0,274

Diterima

3

0,422

0,053

0,032

0,158

0,484

0,274

Diterima

4

0,400

0,095

0,021

0,274

0,543

0,158

Diterima

5

0,395

0,021

0,032

0,116

0,421

0,411

Diterima

6

-0,316

0,095

0,170

0,200

0,358

0,168

Diterima

7

0,547

0,042

0,095

0,295

0,453

0,116

Diterima

8

0,337

0,011

0,032

0,232

0,579

0,147

Diterima

9

0,366

0,021

0,021

0,126

0,495

0,337

Diterima

10

-0,281

0,042

0,042

0,137

0,379

0,379

Direvisi

11

0,003

0,053

0,053

0,137

0,484

0,274

Ditolak

12

0,242

0,011

0,042

0,216

0,484

0,337

Direvisi

13

0,409

0,053

0,032

0,253

0,058

0,105

Diterima

14

0,550

0,021

0,053

0,347

0,411

0,168

Diterima

15

0,175

0,074

0,179

0,242

0,379

0,126

Ditolak

16

0,506

0,011

0,126

0,200

0,516

0,147

Diterima

17

0,483

0,021

0,074

0,347

0,411

0,147

Diterima

18

0,540

0,011

0,021

0,179

0,421

0,368

Diterima

19

0,428

0,021

0,021

0,095

0,474

0,398

Diterima

20

0,537

0,042

0,053

0,347

0,411

0,147

Diterima

21

0,637

0,021

0,011

0,116

0,611

0,242

Diterima

22

0,566

0,011

0,021

0,126

0,568

0,274

Diterima

23

-0,164

0,021

0,158

0,432

0,263

0,126

Ditolak

24

0,329

0,032

0,074

0,316

0,358

0,221

Diterima

25

0,454

0,021

0,021

0,084

0,453

0,421

Diterima

26

0,518

0,011

0,074

0,379

0,379

0,158

Diterima

27

0,484

0,032

0,032

0,200

0,526

0,211

Diterima

28

0,347

0,011

0,105

0,168

0,526

0,180

Diterima

29

0,392

0,021

0,011

0,063

0,484

0,421

Diterima

30

0,453

0,011

0,021

0,042

0,400

0,526

Diterima

31

0,420

0,011

0,021

0,168

0,379

0,421

Diterima

32

0,453

0,021

0,011

0,095

0,453

0,421

Diterima

33

0,439

0,011

0,147

0,453

0,295

0,095

Diterima

34

0,481

0,032

0,116

0,379

0,337

0,137

Diterima

35

0,424

0,032

0,074

0,453

0,337

0,105

Diterima

36

0,364

0,147

0,179

0,295

0,242

0,137

Diterima

37

0,480

0,147

0,179

0,358

0,200

0,116

Diterima

38

0,598

0,021

0,053

0,358

0,453

0,116

Diterima

39

0,485

0,021

0,021

0,221

0,547

0,189

Diterima

40

0,628

0,021

0,042

0,326

0,421

0,189

Diterima

41

0,590

0,021

0,042

0,232

0,505

0,200

Diterima

42

0,292

0,042

0,004

0,358

0,347

0,168

Diterima

43

-0,217

0,042

0,211

0,284

0,242

0,221

Direvisi

44

0,513

0,032

0,058

0,411

0,368

0,107

Diterima

45

0,601

0,011

0,042

0,379

0,400

0,168

Diterima

46

0,647

0,011

0,021

0,284

0,389

0,295

Diterima

47

0,344

0,021

0,074

0,211

0,495

0,200

Diterima

48

0,076

0,021

0,095

0,400

0,358

0,126

Ditolak

49

-0,086

0,011

0,095

0,158

0,421

0,016

Ditolak

50

-0,049

0,032

0,158

0,295

0,263

0,250

Ditolak

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

 

Brand, S., Felner, R., Shim, M., Seitsinger, A., & Dumas, T., (2003). Middle school improvement and reform; development and validiation of a schhool-level assesment of climate, cultural pluralism and shool safety: Jurnal of Educational Psychology. 95, 3, 570-588.

 

Chaplin, J.P., (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

 

Depag RI., (2000). Pedoman Umum Pengelolaan MAN Model. Jakarta: PPA Consultants in Asosiation with IAIN Walisongo, IAIN Sunan Kalijaga dan Cambridge Education Consultants Ltd.

 

 Desmaliza, (2005).  Hubungan Antara Iklim Sekolah dan Self Efficacy Siswa; Suatu Study Terhadap Santri-santri Pesantren kelas II Tsanawiyah di Pondok Pesantren Darunnajjah. Jakarta Selatan. Jakarta: Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

 

Jamaluddin, (2003). Mendiskusikan Kembali Eksistensi Madrasah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.

 

Pintrich, R. & Schunk, D., (1996). Motivation in Education Theory; research and Aplication. New Jersey: Prentice Hall.

 

Positivisme dan Perkembangannya

 

Munculnya faham posivisme diilhami oleh pemikiran empirisme. Faham ini menggunakan landasan berfikir “kalau sesuatu ada, maka sesuatu mengandung besaran yang dapat di ukur”. istilah ini mula-mula digunakan oleh Saint Simon sekitar tahun 1825. namun sebelumnya prinsip-prinsip berfikir ini telah dikembangkan oleh seorang tokoh empirisme Inggris yakni Francis Bacon.

            Tesis positivitik menyatakan bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Positivistik menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak segala penggunaan metoda di luar untuk di gunakan dalam menelaah fakta. (Muhajir, Nung. 1996)

            Penganut positivistik dalam metodologi pengetahuan berpendapat bahwa  keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur, dan penelitian adalah pengamatan yang obyektif terhadap berbagai peristiwa. Pendekatan ini menyaratkan dalam penelitian adanya variabel yang di kontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan reliabilitas instrumen  dan ditujukan generalisasi sampel kedalam populasi (Miarso, Yusufhadi. 2005)

Positivisme sebagai paham yang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah "data-data yang nyata/empirik", atau yang mereka namakan 'positif'. Positivisme merupakan tradisi berpikir dalam ilmu-ilmu sosial Barat yang sebenarnya dipinjam dari pandangan, metode, dan teknik ilmu-ilmu alam dalam memahami dan menyelidiki fenomena alam. Karena itu, Positivisme mempercayai universalisme dan generalisasi yang diperoleh dari prosedur metode ilmiah (scientific method) sehingga kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dianggap bersifat universal atau cocok (appropriate) untuk semua, kapan saja, dan di mana saja (Fakih, 2001: 24).

Walhasil, dominasi Positivisme dan metode ilmiah yang diterapkan dalam lapangan ilmu-ilmu sosial memunculkan anggapan bahwa  ilmu-ilmu sosial bersifat universal, sebagaimana halnya ilmu-ilmu alam. Maka dari itu, tidak mengherankan kalau ide demokrasi, kapitalisme, dan liberalisme dianggap sama universalnya dengan fisika atau kimia. Demikian pula sosiologi dan psikologi; juga dianggap universal seperti halnya astronomi dan biologi (M.Shidiq. 2005)

Dalam perkembangannya ada banyak aliran positivisme, yakni positivisme sosial, evolusioner,  kritis dan logis.

 

Positivisme Sosial

 

Tokoh utamanya adalah August Comte dan John Stuart Mill. Filsafat Positivistik Comte  muncul dalam studinya tentang sejarah alam fikir manusia dengan membuatnya berjenjang mulai dari teologik, metaphisik dan positif. Jika pada jenjang teologik dan metaphisik, alam manusia masih dipengaruhi hal-hal yang abstrak, tidak demikian pada jenjang positif.  Menurutnya, pada jenjang ini alam fikiran manusia mengadakan pencarian pada ilmu absolut.

Comte lah yang yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi untuk menggantikan istilah phisique social dari Quetelet. Comte membedakan antara social statis dan social dynamis.  Pembedaan tersebut hanya untuk kepentingan analisis. keduanya menganalisi fakta sosial yang sama, hanya tujuannbya yang berbeda. Yang pertama menelaah fungsi jenjang-jenjang peradaban  dan yang kedua menelaah perubahan-perubahan jenjang tersebut. Comte juga membedakan antara konsep order dan progres. Order terjadi bila masyarakatnya stabil berpegang pada prinsip dasar yang sama, dan terdapat persamaan pendapat. Sedangkan progres dicontohkan dengan kemunculan ide protetestantisme dan revolusi prancis.

 

Positivisme Evolusioner

 

Positivisme ini berangkat dari fisika dan biologi. Tokoh-tokohnya antara lain Herbet spencer, Haickel dan Monisme, Wilhelm Wundt. Konsep evolusi Spencer diilhami konsep evolusi biologik.  Dalam konsepnya evolusi merupakan proses dari homogen ke heterogen, dari sederhana ke yang komleks. menurut Positivisme ini,  soiologi merupakan disiplin ilmu yang mendiskripsikan perkembangan masyarakat..

Positivisme Kritis

 

Aliran ini muncul pada akhir abad XIX dalam karya Mach dan Avenarius; dan lebih dikenal sebagai empiriocritisisme. bagi Mach dan Avenarius, fakta yang menjadi satu-satunya jenis unsur untuk membangun realitas. Realitas bagi keduanya adalah sejumlah rangkaian hubungan beragam hal inderawi yang relatif stabil. Unsur hal yang inderawi dapat berbentuk fisik maupun psikis.

 

Positivisme Logik

 

Yang memberi nama ini adalah A.E Blumberg dan Herbert Feigel pada tahun 1932. Nama lain dari aliran ini adalah neopositivisme. Positivisme logik menolak yang absolut, karena itu merupakan kebenaran di luar waktu, merupakan sesuatu yang transenden dan tak bermakna. Menurut para positivist ini dunia abadi itu sesuatu yang tidak dapat dibuktikan ada atau tidak adanya. 

  

Daftar Pustaka

 

Kristi Poerwandari (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3

Miarso, Yusufhadi. (2005) Landasan Berfikir dan Pengembangan Teori,  Jurnal Pendidikan Penabur.

M.Shidiq. (2005)  Telaah Kitab Ilmu dan Tsaqofah. Jakarta

Muhajir, Nung. (1998) Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif. Jakarta

 

KRITERIA KEBENARAN MENURUT FILSAFAT  ILMU

 

I.  Pendahuluan

 

            Manusia adalah makhluk yang berfikir oleh karena itu ia selalu ingin mengetahui segala sesuatu. Sejak pandai berbicara gejala dan hasrat ingin tahunya mulai nampak, terbukti dengan munculnya bermacam-macam pertanyaan : apa ini, apa itu, mengapa demikian dan mengapa begitu. Makin ia tumbuh kembang, makin banyak pula yang ditanya dan makin banyak pula usahanya untuk mencari tahu.

            Dengan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya maka ia menjadi tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu, yang dapat menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 371).

            Adapun menurut Soejono Soekamto,ilmu adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis yang menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (diuji kebenarannya) dengan kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya. (Soerjono Soekamto, 2000 : 5).

            Yang menjadi tujuan ilmu pengetahuan adalah tercapainya kebenaran (Endang Saifuddin, 1987 : 61), kemudian kebenaran itu sendiri belum tentu benar sehingga orang lain masih diberikan kesempatan untuk menguji kebenarannya. Jika demikian kita akan bertanya, apakah kebenaran itu ?, dan apa saja yang menjadi kriteria kebenaran?.

            Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, makalah ini  akan mencoba membahas tentang kriteria kebenaran dalam ilmu.

II. PENGERTIAN KEBENARAN

            Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir sehingga memungkinkan ia untuk berpengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam rangka mencapai sesuatu kebenaran. Karena itu untuk merunut alur pikir yang jelas tentang kriteria kebenaran yang nantinya akan dibicarakan, terlebih dahulu perlu kita ketahui dasar-dasar ilmu yang memungkinkan kita dapat memahami makna dari kebenaran itu sendiri.

            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebenaran bermakna :

1) Keadaan yang cocok dengan sesungguhnya; 2) Sesuatu yang sungguh-sungguh ada;   3) Kelurusan hati, kejujuran. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 114). Dengan kata lain suatu pernyataan dinyatakan benar jika ada persesuaian (kecocokan) antara pernyataan itu sendiri dengan fakta. Pernyataan bahwa kambing adalah hewan yang berkaki empat adalah benar karena sesuai dengan fakta (kenyataan) yang ada bahwa kambing memiliki empat buah kaki.

            Jujun S. Suriasumantri menjelaskan bahwa yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuannya untuk berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu yang biasa disebut penalaran (Jujun S., 1999 : 40).

Penalaran itu sendiri harus bersifat logis dan analitik sebagai akibat dari adanya alur kerangka berfikir atau dengan kata lain suatu proses berfikir yang tidak logis dan tidak analitik bukanlah disebut penalaran. Tegasnya, suatu proses berfikir disebut penalaran jika ia masuk akal (plausible) dan analitik.

 

            Selanjutnya menurut Jujun S. bahwa proses penalaran untuk pengambilan kesimpulan dianggap shahih (valid) jika dilakukan menurut cara tertentu yang biasa disebut logika. Dalam penalaran ilmiah,logika dibedakan atas logika induktif dan logika deduktif. (Jujun S., 1999 : 46).

            Pengambilan kesimpulan yang beranjak dari fenomena-fenomena yang bersifat individual (khusus) kemudian diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum disebut logika induktif (induksi). Sedangkan cara pikir dalam pengambilan kesimpulan silogisnum yang disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor), yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus disebut logika deduktif (deduksi).

            Cara-cara pengambilan kesimpulan di atas dilakukan untuk mencari kebenaran. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari kebenaran atau sesuatu yang menurut logika adalah benar.

 

III. KRITERIA KEBENARAN

            Sebelum kita membicarakan kriteria kebenaran, tentunya akan lebih lengkap jika secara sepintas dibicarakan terlebih dahulu sumber dari sesuatu yang akan dianalisis kebenarannya atau sumber dari ilmu pengetahuan itu sendiri.

            Rasio dan empirik yang ditangkap oleh alat indra adalah termasuk sumber ilmu pengetahuan dan area dari penalaran. Disamping rasio dan empiris ada dua lagi sumber ilmu yaitu intuisi dan wahyu. Tetapi keduanya (intuisi dan wahyu) bukan diperoleh dari usaha penalaran. Kendati demikian tidak dapat disangkal bahwa intuisi dan wahyu adalah juga sumber kebenaran (pengetahuan). Karena banyak kebenaran diperoleh berdasarkan intuisi dan wahyu (Jujun S., 1999 : 50).

            Berdasarkan sumber ilmu yang ada berupa rasio, empiris, intuisi, dan wahyu maka muncul tiga macam teori tentang kebenaran yaitu teori koherensi, teori korenpondensi, dan teori pragmatis.

            Pertama, teori koherensi disebut juga teori konsistensi (the consistence theory of truth), teori ini dikembangkan oleh Aristoteles (384-322 SM). Menurut teori ini kebenaran dibentuk atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran itu atas dasar adanya hubungan yang konsisten dengan kebenaran-kebenaran yang telah diketahui terlebih dahulu. Misalnya setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Kambing adalah makhluk hidup maka kambing pasti membutuhkan makanan. Berdasarkan teori ini karena pernyataan pertama (setiap makhluk hidup membutuhkan makanan) adalah pernyataan yang benar maka pernyataan kedua (kambing adalah makhluk hidup dan ia pasti membutuhkan makanan) adalah benar pula, karena pernyatan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.

            Teori koherensi ini biasa dipergunakan kelompok rasionalisme, yang umumnya dalam pengambilan kesimpulan menggunakan metode deduksi dengan cara silogimus. Silogisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti konklusi. Menurut Sutrisno Hadi Silogismus itu terdiri atas empat yakni silogismus kategorik; hipotetik; silogisme alternatif dan silogisme disjungtiv (Sutrisno Hadi, 1978 : 43-47).

            Dalam silogisme kategorik premis mayornya mempunyai kebenaran yang mutlak, sedangkan dalam silogisme hipotetik premis majornya tidak memiliki kebenaran yang mutlak, demikian pula silogisme alternativ dan disjungtiv.

Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan sepintas contoh-contoh dari silogisme yang dimaksud.

Silogisme kategorik

Semua makhluk hidup membutuhkan makanan

Kambing adalah makhluk hidup

Jadi kambing juga membutuhkan makan

Silogisme Hipotetik

Hari mendung kemungkinan akan turun hujan

Hari ini cuaca mendung

Jadi, ada kemungkinan hari akan hujan

Silogisme Alternatif

Saya harus membeli kendaraan atau akan kuliah S.2 di Univ. Indonesia

Saya tidak membeli kendaraan

Jadi, saya akan kuliah S.2 di Univ. Indonesia

Silogisme Disjungtiv

Tidak mungkin orang yang lulus testing dan tidak lulus testing akan kuliah S.2 di             Univ. Indonesia.

Si B tidak lulus testing

Jadi tidak mungkin si B akan kuliah S.2 di Univ. Indonesia.

            Kedua, Teori Korespondensi (the Correspondence Theory of Truth) yang dikembangkan Bertrand Russel (1872-1970). Teori ini mendasarkan kebenaran atas kesesuaian antara kebenaran materi dari suatu pengetahuan dengan fakta yang sesungguhnya (Endang Saefuddin, 1987 : 18). Karena itu teori ini disebut juga obyektivisme atau realisme. Misalnya dalam sebuah pernyataan disebutkan “Palembang adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan” pernyataan ini dinyatakan benar sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan.

            Menurut teori ini jika antara pernyataan dan objeknya tidak ada kesesuaian, maka pernyataan tersebut salah. Misalnya jika dalam pernyataan disebutkan bahwa “Jakarta adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan”. Karena faktanya bahwa Jakarta bukan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, maka pernyataan ini adalah tidak benar.

            Dalam pengambilan keputusan/kesimpulan teori korespondensi ini biasanya menggunakan metode induksi yaitu bertitik tolak dari fakta-fakta yang bersifat individual atau fakta-fakta yang khusus, atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan yang umum atau generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi : 1978 : 50).

            Menurut Van Dalen sebagaimana dikutip oleh Sutrisno Hadi, ada tiga jenis pengambilan kesimpulan induksi yaitu : (1) Induksi Komplit; (2) Induksi Sistem Bacon; (3) Induksi Tidak Komplit. (Sutrisno Hadi, 1978 : 52).

 

            Ketiga, Teori Pragmatik (uji kemanfaatan). Bagi penganut pragmatisme,  kebenaran adalah manfaat (utility), kemungkinan dikerjakan (workability), atau akibat yang memuaskan  (Harold H Titus, 1984 : 241). Charles S. Peirce

(1839-1914) yang dikenal sebagai Bapak Pragmatisme mengungkapkan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (Jujun S, 1999 : 58).

            Jadi berdasarkan teori pragmatis suatu pernyataan dinyatakan benar jika ia bermanfaat, dan jika tidak bermanfaat pernyataan itu dinyatakan tidak benar. Disamping pernyataan itu bermanfaat, pernyataan berikutnya adalah mungkinkah hal itu dilaksanakan. Jika mungkin untuk dilaksakan, ia diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya jika tidak mungkin untuk dilaksanakan pernyataan itu ditolak. Karena itu apabila suatu pernyataan yang selama ini dianggap benar (bermanfaat) namun karena perkembangan pengetahuan yang menghasilkan pernyataan (kebenaran) baru, sehingga pernyataan lama tidak terpakai lagi, maka pernyataan (kebenaran) lama dengan sendirinya ditinggalkan (dianggap tidak benar lagi).

            Memperhatikan ketiga teori kebenaran di atas nampak jelas, bahwa masing-masing teori mempunyai kelemahan. Dasar dari kelemahan ini berpangkal pada kondisi akal manusia, ruang, dan waktu. Sesuatu yang menurut seseorang adalah benar, belum tentu benar menurut orang lain. Hal ini terbukti dengan kemunculan tiga teori tersebut, sebab jika semua sepakat dengan kebenaran dari salah satu teori saja maka kedua teori lainya tidak akan pernah ada. Karenanya upaya manusia untuk menggali dan memcari kebenaran (ilmu pengetahuan) tidak akan pernah selesai.

 

            Pengetahuan (ilmu pengetahuan) akan menghantarkan kita kepada pemahaman akan kebesaran Allah SWT sebagai satu-satunya zat yang patut disembah dan tempat menggantungkan segala harap dan cita, sehingga rasa takut akan murka-Nya merasuk kerelung hati yang paling dalam (Q.S. 35 : 28). Kebenaran yang haqiqi adalah kebenaran yang datangnya dari Allah

(Alhaqqumirrobbikum) Karena itu umat Islam oleh Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk belajar sepanjang hayat, sejak dari buai ayunan sampai ke liang lahat, dan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina (Al-Hadits).

 

IV. KESIMPULAN

            Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio, empiris, intusi (firasat), dan wahyu adalah merupakan sumber ilmu pengetahuan.

            Penalaran, logika, dan kriteria kebenaran adalah sebagai dasar ilmu pengetahuan. Kriteria kebenaran yang ditetapkan dalam ilmu koherensi, korenpondensi, dan pragmatis, tidak dapat mencapai kebenaran yang sempurna (kebenaran mutlak). Karena apa yang menurut ilmu hari ini benar mungkin besok tidak dapat dibenarkan lagi. Kebenaran yang haqiqi adalah kebenaran yang berasal dari Allah SWT.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anshari, Endang Saefuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya:  Bina Ilmu,

          1987.

Departemen Agama RI.,  Al Qur’an dan Terjemahannya.  Jakarta: Syaami         

          Cipta Media, 1979. 

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

          Jakarta: Pustaka, 1991.

Hadi, Sutrisno, Metodelogi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

          Psikologi UGM, 1978.

Soekamto, Soerjono, Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sesuah Pengantar Populer, Jakarta:  Pustaka 

          Sinar Harapan, 1999.

Titus, Harold. H. et. al., Persoalan-persoalan Filsafat, Alih Bahasa HM. Rasyidi,

          Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

 

I love my pets! On this page I'll describe them and their special place in my life.

Name of One Pet

WHEN MORE PAIN IS PREFERRED TO LESS:

Adding a Better End

KETIKA LEBIH [] [SISTEM INFORMASI] SAKIT YANG LEBIH DISUKAI KE LEBIH SEDIKIT:

 Menambahkan suatu Akhir Lebih baik

 

Daniel Kahneman,' Barbara L. Fredrickson,^ Charles A. Schreiber,' and

Donald A. Redelmeier^

^University of California, ^Duke University, and ^University of Toronto

 

 

Abstract-Subjects telah diunjukkan ke dua orang aversive mengalami: di (dalam) percobaan/pengadilan yang pendek/singkat,

 mereka membenamkan sese]orang menyerahkan air pada 14 ° C untuk 60 s; di (dalam) merindukan percobaan/pengadilan, mereka membenamkan tangan lain  pada 14 ° C untuk 60 s, kemudian menjaga tangan [itu] di (dalam) air 30 s lebih panjang seperti temperatur air secara berangsur-angsur diangkat untuk 15 ° C, namun menyakitkan tetapi dengan jelas lebih sedikit sangat untuk kebanyakan pokok. Pokok adalah kemudiannya diberi suatu pilihan [di/yang/ttg] mana percobaan/pengadilan untuk mengulangi, Suatu pentingHasil menambah lain bukti mengusulkan yang janga waktu main suatu kecil peran di (dalam) evaluasi aversive retrospektif mengalami; . seperti (itu) evaluasi adalah sering yang dikuasai oleh kegelisahan di paling buruk dan di momentum terakbir peristiwa.

            Keputusan adalah sering dikendalikan oleh hedonic ramalan. Kita memilih pilihan [itu] itu akan menyebabkan kebanyakan kesenangan, atau paling sedikit menambah . pada gambar Jeremy Terminologi Bentham's, pilihan yang akan menghasilkan kegunaan yang terbesar. Ramalan Hedonic [yang] pada umumnya bersandar pada memori [dari;ttg] pengalaman sebelumnya: Kita harapkan [bagi/kepada] seperti apa yang [kita kami] ingat [ketika;seperti] menyenangkan dan untuk tidak menyukai apa yang [kita kami] ingat [sebagai/ketika/sebab] tak enak. Bagaimana akurat adalah evaluasi ini pengalaman masa lalu? Lakukan mereka menyediakan pemandu baik untuk masa depan keputusan?

            Ketika kita [minta;tanya] seorang teman [siapa] yang mempunyai baru-baru ini yang kembali dari Bahamas, atau dari dokter gigi, " Bagaimana apakah (itu)?" atau " Apakah (itu) lebih baik daripada waktu yang lalu?" kita mengasumsikan [bahwa/yang] teman mengetahui jawaban [itu]. Penilaian [yang] retrospektif kegunaan tentang pengalaman masa lalu diterima sehari-hari

 interaksi dengan hampir sebanyak kepercayaan [sebagai/ketika] jawab ke pertanyaan tentang mempengaruhi pada waktu: " Apakah kamu menikmati ini?" atau " Apakah [itu] menyakiti?"Kepercayaan ini bisa tak beralasan sebab dua proses mental dapat berbuat keliru memisahkan penilaian retrospektif dari urutan pengalaman yang [mendasari/membuat] peristiwa yang asli: suatu operasi tentang memori dan suatu tindakan evaluasi.Beberapa riset terbaru telah [memanggil/hubungi] ke dalam mempertanyakan ketelitian [dari;ttg] memori masyarakat untuk/karena [yang] hedonic mereka dan secara cenderung mengalami ( Kent, 1985; Rachman& Eyrl, 1989; Thomas& Diener, 1990). Artikel ini memusat pada [atas] proses mengevaluasi peristiwa sakit yang lampau.

            Beberapa Aturan untuk evaluasi peristiwa mempunyai pendekatan [dari;ttg] prinsip logis Paling memaksa adalah aturan monotonicas sementara, yang memerlukan itu menambahkan saat/momen menyakitkan kepada akhir dari suatu peristiwa hanya dapat membuat peristiwa [itu] lebih buruk, dan itu menambahkan saat/momen kesenangan harus membuat ia/nya lebih baik. Ketika kita akan lihat, bagaimanapun, psikologi evaluasi tidak mematuhi aturan ini.

            Di (dalam) satu penyelidikan ( Varey& Kahneman, 1992), pokok buat evaluasi global tentang peristiwa kegelisahan menderita dengan orang lain. Pokok materi adalah satu rangkaian yang ditunjukkan " kegelisahan [yang] menilai" pada [atas] suatu skala dari 0 [bagi/kepada] 10; ini penilaian/beban maksimum secara mengaku dibuat oleh perorangan pada 5-min interval selama suatu tak enak pengalaman ( e.g., ekspose ke pengeboran nyaring menyiarkan). Peristiwa untuk dievaluasi janga waktu yang bervariasi, rata-rata intensitas, dan di [dalam]  kecenderungan sementara kegelisahan.Evaluasi global adalah sangat sensitip ke intensitas dan ke kecenderungan: Suatu [yang]  tidak dihargai kombinasi kegelisahan puncak dan [tentang] kegelisahan pada ujung peristiwa membukukan 94% tentang perbedaan. Efek janga waktu, meskipun [demikian] secara statistik penting, sungguh kecil: Menambahkan faktor ini mengangkat R^ dengan hanya suatu lebih lanjut  3%. Pengabaian janga waktu dan penekanan pada [atas] berakhir menuju/mendorong pelanggaran monotonicas dapat diramalkan.Sebagai contoh, rangkaian kegelisahan penilaian/beban maksimum 2-5-8-4 ( menandakan suatu 20-min peristiwa akhiran dengan suatu kegelisahan [yang] menilai 4) telah dihakimi sangat sedikit aversive dibanding rangkaian 2-5-8, sungguhpun satu-satunya perbedaan antara kedua peristiwa adalah yang 5 min kegelisahan [yang] ekstra di (dalam) yang terdahulu.Lebih baru-baru ini, kita sudah memperluas ini riset kepada evaluasi yang retrospektif tentang peristiwa kesenangan atau kegelisahan pokok itu mengalami diri mereka. Di (dalam) yang pertama untuk studi ini ( Fredrickson& Kahneman, 1993), pokok memandang suatu rangkaian tentang film tanpa merencanakan pendek/singkat, bermacam-macam isi dari menyenangkan ( pinguin pada permainan) ke sangat aversive ( suatu pemotongan). Ada dua versi dari tiap memfilmkan, satu tiga kali lebih panjang dibanding lain.Masing-Masing Pokok lihat [itu] merindukan versi beberapa film dan versi yang pendek/singkat dari yang lain. Pokok menyajikan penilaian/beban maksimum berlanjut tentang mempengaruhi [selagi/sedang] film masing-masing menyaksikan dan penilaian keseluruhan kesenangan atau kegelisahan pada akhir nya. Hasil ini analisa dengan menarik serupa [bagi/kepada] itu tentang yang lebih awal [itu] ( Varey& Kahneman, 1992) studi: Evaluasi retrospektif adalah dengan baik yang diramalkan oleh suatu rata-rata tertimbang modalpuncak mempengaruhi penilaian/beban maksimum dan penilaian/beban maksimum yang akhir yang direkam untuk masing-masing film; janga waktu film tidak muncul sebagai suatu [yang] mandiri peramal keseluruhan evaluasi.

            Suatu studi yang berikut memperluas ini fmdings kepada evaluasi yang retrospektif tentang suatu prosedur medis menyakitkan ( Redelmeier& Kahneman, 1993). Pasien [yang] mengalami colonoscopy diagnostik menandai kegelisahan [yang] sekarang mereka tiap-tiap 60 s sepanjang prosedur [itu]. Mereka juga menyajikan evaluasi [yang] retrospektif memeriksa prosedur, kedua-duanya dengan seketika dan 1 bulan kemudian. Lagi, suatu kombinasi penilaian/beban maksimum yang terburuk dan momentum terakbir tentang colonoscopy meramalka n yang berikut evaluasi dengan ketelitian substansiil.Janga waktu prosedur,

 yang memvariasi antar[a] 4 min dan 69 min untuk/karena pasien berbeda, tidak dengan mantap mempengaruhi retrospektif yang manapun. pertimbangan. Hadiri dokter dan perawat juga menyajikan retrospektif mandiri evaluasi dari tiap pasienkeseluruhan kegelisahan, tanpa akses kepada penilaian/beban maksimum pasien. Seperti boleh jadi diharapkan dari hasil yang lebih awal ( Varey& Kahneman, 1992), pertimbangan [dari;ttg] peninjau ini adalah juga dikuasai oleh yang paling buruk dan momentum terakbir prosedur, dan tidak bertalian ke janga waktu nya.

            Temuan yang umum [dari;ttg] studi ini adalah pengabaian janga waktu yang relatif di (dalam) retrospektif evaluasi dan yang sukses ramalan disutilas yang global dari suatu aversive peristiwa yang diperluas oleh disutilas tentang dua moments-the puncak bentuk tunggal dan ujung pengalaman [itu]. Hasil menyarankan suatu rata-rata model untuk evaluasi global ( Anderson, 1991), yang menyiratkan pelanggaran [dari;ttg] sementara onotonicas.[Seperti/Ketika] digambarkan oleh yang samaran urutan 2-5-8 dan 2-5-8-4 tersebut lebih awal ( Varey& Kahneman, 1992), evaluasi dari suatu aversive peristiwa dapat ditingkatkan dengan  menambah ia/nya a periode mengurangi kegelisahan. Di (dalam) studi [kini/hadir], kita menguji apakah ini proses dapat memimpin tunduk kepada menyukai lebih [] menambah  (di) atas lebih sedikit sakit pada gambar suatu pilihan langsung.

            Pokok mempunyai dua [yang] tak enak terpisah mengalami selama suatu bersifat percobaan sesi: suatu percobaan/pengadilan pendek/singkat di mana mereka membenamkan sese]orang menyerahkan air di temperatur [yang] menyakitkan 14 ° C selama 60 s dan suatu merindukan percobaan/pengadilan di mana mereka yang terbenam tangan lain  di (dalam) air pada 14 ° C untuk 60 s, kemudian menjaga tangan [itu] membenamkan 30 s lebih panjang [selagi/sedang] temperatur tentang air telah diangkat, tenang di dalam cakupan yang gelisah [itu]. Seperti itu, merindukan percobaan/pengadilan mencakup semua kegelisahan tentang percobaan/pengadilan yang pendek/singkat, lebih suatu periode ekstra pelan-pelan mengurangi kegelisahan. Pokok materi yang diharapkan untuk mempunyai sepertiga tak enak mengalami sepanjang sesi, dan mereka telah diberi suatu pilihan apakah untuk mengulangi yang pertama atau percobaan/pengadilan yang kedua . Hipotesis [kita/kami] pokok akan mempertahankan a memori [yang] [yang] baik merindukan peristiwa sebab [itu] mengakhiri pada suatu untuk tingkat yang lebih rendah kegelisahan, dan bahwa mereka akan sebagai konsekwensi memilih untuk mengulangi peristiwa itu.

 

METODA

 

 Porsitas [Jantan/Pria] California

 

            Para siswa, [Umur/Zaman] 19 [bagi/kepada] 39 ( [umur/zaman] angka median= 22,5), telah dibayar $ 10 untuk suatu 1-hr sesi. Peserta telah disaring untuk kesehatan permasalahan dan penggunaan obat/racun, mencakup tembakau. Sebanyak tiga pokok materi menggantikan (orang) yang lain data siapa  telah dibuang, 1 sebab tentang berbagai kesulitan teknis dengan temperatur kendali, dan 2 sebab mereka lakukan tidak menandai (adanya) suatu pilihan konsisten antar[a] dua percobaan/pengadilan.

 

Piranti

 

 Suatu bak mandi plastik di mana pokok membenamkan tangan mereka telah diisi untuk suatu kedalaman 11 cm dengan 7 L air yang didinginkan untuk 14.1 ° C (± 0.3 ° C), Untuk memelihara suatu temperatur tetap dan suatu hasutan/peradangan [yang] sedikit air, suatu pompa eksternal beredar air dari bak mandi melalui/sampai suatu aluminum coil air es yang menyelam. Temperatur Air telah dikendalikan juga dengan penggunaan yang lain memompa untuk beredar;kan air melalui suatu coil air suhu-kamar yang menyelam ( 21 ° C± 1,1 ° C), Dengan secara serempak memutar batal/mulai pompa yang pertama dan memasang yang kedua, temperatur air di (dalam) bak mandi pokok bisa meningkat dengan 1,1 ° C (± 0.3 ° C) di (dalam) 30 s. Switch pompa tidaklah dapat didengar dan tidak memproduksi apapun perubahan nyata di (dalam) peredaran bak mandi. Pompa, Coil, dan tombol tidaklah kelihatan kepada pokok materi.

Suatu ukuran kegelisahan [yang] on-line adalah penggunaan yang diperoleh a " meter kegelisahan," yang terdiri dari suatu potensiometer dan a larik lurus 15 diode pemancar cahaya ( YANG DIPIMPIN). DPC [DIODE PEMANCAR CAHAYA] Hijau tunggal sependapat ber;akhir;i tentang pajangan yang tinggal dinyalakan terus menerus. Dengan menyesuaikan potensiometer [itu], pokok bisa mengendalikan banyaknya [yang] DIPIMPIN merah itu telah dinyalakan, dengan demikian menandakan tingkatan tentang kegelisahan. Potensiometer adalah sampled  5 kali per detik, dan 1-s [alat/ makna] telah direkam oleh suatu komputer, yang juga merekam temperatur air. Kegelisahan Nilai-Nilai bisa mencakup antar[a] 0 dan 14.

 

Prosedur

 

            Pokok telah diuji secara individu dengan a mengadakan percobaan wanita. Mereka telah diberitahu [bahwa/yang] eksperimen pertimbangan terkait tentang kegelisahan dan bahwa mereka akan jadilah diminta untuk tempat suatu tangan di (dalam) suatu bak mandi [dari;ttg] dingin air pada [atas] tiga kesempatan terpisah. Cerita Tutup adalah bahwa studi berhadapan dengan perbedaan cabang samping di (dalam) pengalaman kegelisahan. Sebagai bagian dari prosedur persetujuan, pokok telah diminta untuk membenamkan kedua-duanya tangan di (dalam) bak mandi air dingin untuk 5 s [sebelum/di depan] menyetujui mengambil bagian. Mereka telah tidak diberi apapun indikasi [bahwa/yang] percobaan/pengadilan akan berbeda, kalau tidak mereka untuk menggunakan sese]orang menyerahkan pengalaman yang pertama dan tangan lain  di (dalam) yang kedua. [Order/ pesanan] tentang merindukan dan percobaan/pengadilan pendek/singkat dan tugas mereka kepada yang dominan atau nondominant tangan telah diimbangi ke seberang pokok

            Dengan seketika [sebelum/di depan] masing-masing percobaan/pengadilan, pokok kedua-duanya yang terbenam menyampaikan roomtemperature air untuk suatu 2-min baseline periode. Setelah percobaan/pengadilan masing-masing, mereka membelanjakan 7 min di (dalam) suatu area penantian yang bekerja pada [atas] suatu kepribadian inventori. [Sebelum/Di depan] ketiga yang diharapkan percobaan/pengadilan, mereka telah diberitahu bahwa kita perlu mereka kesan dua hal pertama itu percobaan/pengadilan sebab mereka akan memilih salah satu dari [mereka/nya] untuk jadilah diulangi. Mereka kemudian adalah member i a daftar pertanyaan [yang] bergelar " Kesan Cold-Water Percobaan/Pengadilan." Pertanyaan yang pertama adalah, " Ira kita membayar kamu untuk datang punggung besok untuk mengulangi hanya satu saja yang dua percobaan/pengadilan air dingin yang kamu telah mengalami hari ini. Yang mana orang akan kamu memilih?" Pilihan menunjuk yang dulu dan ercobaan/pengadilan yang kedua . Pertanyaan yang berikutnya adalah, " Karena percobaan/pengadilan ketiga masa kini, kamu dapat memungut yang air dingin yang sebelumnya percobaan/pengadilan [yang] kamu akan mengulangi. Yang mana satu begitu memilih?" ( Dua pokok [siapa] yang memberi plin-plan menanggapi ke dua pertanyaan berikut telah digantikan.) Pokok kemudian membandingkan

 pengalaman dua mereka menggunakan empat Likert Timbangan ( berkisar antara- 5 untuk - 1-5).Mereka telah [diminta;tanya] " Percobaan/Pengadilan yang mana  menyebabkan semakin besar keseluruhan kegelisahan?" " Yang mana percobaan/pengadilan bertahan lebih panjang?" " Pada paling ekstrim nya saat/momen, percobaan/pengadilan yang (mana)  adalah lebih dingin?"

 dan " Percobaan/Pengadilan yang mana  adalah lebih tabah untuk kamu mengatasi?" Akhirnya, pokok melukiskan kegelisahan [yang] mereka merasa[kan " moment-bymoment selama percobaan/pengadilan masing-masing" dengan gambar a garis berlanjut ke seberang suatu Kegelisahan x Tabel Waktu yang disajikan oleh mengadakan percobaan. Pokok kemudian adalah memberi tahu bahwa akan ada tidak (ada) percobaan/pengadilan ketiga dan secara penuh debriefed.

 

HASIL

 

            Real-Time Ukuran kegelisahan [yang] serupa untuk yang pendek/singkat percobaan/pengadilan dan untuk yang pertama 60 s merindukan percobaan/pengadilan: Rata-Rata tanggapan merekam pada 60 s adalah 8.44 untuk percobaan/pengadilan yang pendek/singkat dan 8.34 untuk [itu] merindukan percobaan/pengadilan. Peningkatan temperatur air yang berangsur-angsur ( dari suatu cara14,1 ° C untuk 15,2 ° C) sepanjang yang akhir 30 s merindukan percobaan/pengadilan menyebabkan suatu tetesan dilafalkan tentang ukuran kegelisahan ( M= 2.65 untuk score perubahan, r[31]= 6.80, p< , 01), Kepekaan yang tinggi menyakitkan ke [yang] kecil perubahan temperatur di (dalam) cakupan ini mengkonfirmasikan hasil [utama/lebih dulu] ( Cabanac, 1981).Bagaimanapun, tidak semua pokok menjawab mirip kepada temperatur ber;ubah: Sebelas tentang yang 32 pokok menandai suatu pengurangan tentang kegelisahan 1 titik atau lebih sedikit, dan 2 pokok ini genap dilaporkan suatu peningkatan tentang kegelisahan sepanjang yang ter]akhir 30 s merindukan percobaan/pengadilan. Gambar 1 pertunjukan waktunya kursus tentang kegelisahan mengukur [panjang/lama] percobaan/pengadilan untuk pokok 11 ini dan untuk mayoritas [siapa] yang menunjukkan suatu pengurangan lebih besar. Catat bahwa, bahkan untuk yang belakangan, pengalaman pada ujung merindukan percobaan/pengadilan tenang dengan jelas tak enak.

            Variabel dependent yang utama adalah pilihan pokok untuk percobaan/pengadilan yang ketiga. [Sebagai/Ketika/Sebab] yang diramalkan, kebanyakan pokok ( 22 32, atau 69%) yang lebih disukai untuk mengulangi [itu] merindukan percobaan/pengadilan ( z= 2,15, p< . 05 oleh test tanda). Catat bahwa proporsi ini akan nol jika pokok yang ditindak untuk memperkecil ekspose mereka untuk menyakitkan.Test tambahan menunjukkan aneka pilihan itu lakukan tidak tergantung pada apakah merindukan percobaan/pengadilan adalah yang berpengalaman lebih dulu kedua atau atau dengan yang dominan atau nondominant tangan. [Sebagai/Ketika/Sebab] boleh jadi diharapkan, suatu pilihan untuk merindukan percobaan/pengadilan telah dihubungkan dengan pengurangan tentang kegelisahan menandai sepanjang [bertahan/berlangsung] 30 s (menyangkut)  percobaan/pengadilan itu  (/" dua,= , 38, p< . 05). Di antara yang 21 pokok [siapa] yang menunjukkan a pengurangan 2 atau lebih menunjuk, 17 ( atau 81%) yang lebih disukai merindukan percobaan/pengadilan; yang 11 pokok [siapa] yang menunjukkan [kecil/sedikit] atau tidak (ada) pengurangan tentang kegelisahan merobek 6:5 menuju ke percobaan/pengadilan yang pendek/singkat.

            Komparatip menilai pokok itu yang disajikan setelah menyatakan pilihan mereka adalah pada umumnya konsisten dengan keputusan mereka, tetapi tidak selalu dengan fakta [itu]. Seperti itu, kebanyakan pokok menunjukkan bahwa [itu] merindukan percobaan/pengadilan mempunyai yang disebabkan lebih sedikit keseluruhan kegelisahan ( M= - 0.91, r[31]= 2.12, p< . 05), adalah lebih sedikit dingin pada saat/momen nya paling ekstrim  ( M= - 0,91,/[31]= 1,90), dan adalah lebih sedikit tabah untuk mengatasi ( M=- 1.12, /[ 31]= 2.90, p< . 01), Karena merindukan percobaan/pengadilan berisi semua sakit percobaan/pengadilan yang pendek/singkat dan kemudian beberapa, postchoice pertimbangan ini adalah hanya salah. Penyimpangan menuju ke          

 merindukan percobaan/pengadilan mungkin telah mempengaruhi pertimbangan beberapa tentang janga waktu: enam pokok melaporkan [bahwa/yang] merindukan percobaan/pengadilan benar-benar lebih pendek, dan 9 tidak melaporkan manapun perbedaan. Terpasang rata-rata, bagaimanapun, janga waktu yang relatif tentang dua percobaan/pengadilan telah dihakimi dengan tepat ( M= 1.09, ?[ 31]= 3.27, p< . 01).Perbedaan Janga waktu [yang] dengan jelas tidak nampak samar besar aneka pilihan pokok, walaupun satu telah terdengar untuk berkomat-kamit setelah membandingkan janga waktu dua percobaan/pengadilan, " Pilihan I yang dibuat tidak nampak untuk membuat banyak [perasaan/pengertian]."Korelasi antar[a] pokok' aneka pilihan dan postchoice perbandingan mereka tentang dua percobaan/pengadilan mendukung dua kesimpulan: Pertama, pokok hampir selalu memilih untuk mengulangi percobaan/pengadilan [itu] yang mereka ingat sebagai hal yang lebih mudah; biserial korelasi adalah . 80 antar[a] pilihan dan perbandingan keseluruhan kegelisahan. Ke dua, pengabaian janga waktu ditetapkan dengan sekedar  korelasi  . 16 antar[a] pilihan dan perbandingan janga waktu.Intercorrelations di antara komparatip pertimbangan ceritakan [kepada] cerita yang sama [itu]. ( yang kebanyakan Salah) pertimbangan [di/yang/ttg] mana percobaan/pengadilan mencakup temperatur yang paling dingin dihubungkan , 69 dengan penilaian/beban maksimum keseluruhan kegelisahan dan , 62 dengan penilaian/beban maksimum " tabah menghadapi." Di (dalam) kontras, ( kebanyakan veridical) pertimbangan janga waktu menghubungkan saja , 08 dengan kegelisahan dinilai dan . 18 dengan berbagai kesulitan [yang] dinilai menghadapi. Pokok tekanan [kecil/sedikit] dengan jelas dirasakan untuk menyimpangkan pertimbangan janga waktu mereka untuk cocok mereka kesan [yang] global percobaan/pengadilan.

 

DISKUSI UMUM

 

             Hasil saat ini adalah dapat dipertukarkan dengan peak-and-end pola teladan [yang] kita mempunyai yang diamati sebelumnya, di mana suatu rata-rata real-time menjawab yang terburuk dan kepada momentum terakbir meramalkan yang retrospektif evaluasi dari suatu aversive peristiwa dengan ketelitian adil, sedangkan janga waktu secara relatif dilalaikan. Pola teladan ini memerlukan hasil berbeda untuk yang pokok [siapa] yang mengalami penyusutan menambah . pada gambar [itu] merindukan percobaan/pengadilan dan bagi mereka yang tidak. Karena pokok yang khas, yang terburuk saat/momen tentang yang pendek/singkat dan [tentang] merindukan percobaan/pengadilan adalah sekitar [yang] tidak baik, tetapi momentum terakbir

 menjadi lebih baik di (dalam) [itu] merindukan percobaan/pengadilan. Suatu [yang] dihargai rata-rata kegunaan sesaat ini akan oleh karena itu menghasilkan suatu [yang] [yang] baik evaluasi merindukan percobaan/pengadilan, seperti telah ditemukan. Suatu minoritas pokok tidak menandai apapun yang mengurangi tentang kegelisahan di (dalam) merindukan percobaan/pengadilan; mereka kegelisahan [yang] paling buruk dan kegelisahan akhir mereka kemudian kira-kira yang sama di dalam masing-masing percobaan/pengadilan, dan serupa ke seberang dua percobaan/pengadilan. Peak-And-End Pola teladan meramalkan [bahwa/yang] merindukan dan percobaan/pengadilan yang pendek/singkat harus tentang dengan sama aversive untuk individu ini, seperti telah ditemukan. Seperti itu, peak-and-end pola teladan menjelaskan kedua-duanya kasus di mana ramalan awal [kita/kami] telah ditetapkan dan [mereka/yang] di mana [itu] nampak untuk gagal.

            Kita mencurigai [bahwa/yang] kebutuhan untuk melaporkan mempengaruhi waktu riil bisa tingkatkan salience yang terburuk dan yang akhir saat/momen, tetapi hasil tidak tergantung pada [atas] corak ini disain [itu]. Yang kuat Pilihan untuk merindukan percobaan/pengadilan telah ditetapkan di (dalam) suatu replication [dari;ttg] eksperimen saat ini di mana real-time ukuran

 tentang kegelisahan telah dihapuskan: Tentang 37 peserta di (dalam) yang replication, 24 memilih [itu] merindukan percobaan/pengadilan. Kita juga telah menemukan dua orang lain studi ( Fredrickson& Kahneman,1993; Redelmeier& Kahneman, 1993) [bahwa/yang] peak-and-end mempola dan pengabaian janga waktu telah dirawat bahkan ketika pokok tidak menyediakan [yang] tegas/eksplisit evaluasi [dari;ttg] pengalaman berkelanjutan

            Kita tidak mengusulkan janga waktu itu adalah selalu melalaikan: [Itu] nampaknya janga waktu bisa berperanan dalam evaluasi tentang secara cenderung peristiwa yang adalah yang manapun seluruh banyak lebih panjang atau sangat banyak lebih pendek dibanding yang diharapkan. Atau pun melakukan kita mengusulkan puncak itu mempengaruhi dan akhir mempengaruhi adalah satu-satunya relevan peramal [dari;ttg] evaluasi retrospektif. Sebagai contoh, percepatan dari suatu meningkat;kan atau memburuk kecenderungan telah (menjadi) yang ditunjukkan untuk menjadi faktor di (dalam) evaluasi ( Hsee& Abelson, 1991; Hsee, Abelson,& Salovey, 1991), dan di sana sungguh pasti (orang) yang lain. Kita mencurigai bahwa ada kasus di mana memori dari suatu peristiwa dikuasai dengan saat/momen awal nya. Ada juga situasi di mana puncak mungkin (adalah) discounted dan hanya berbagai hal akhir: Hal positif mempengaruhi dihubungkan dengan harapan untuk a hasil baik tidak mungkin terhitung retrospektif evaluasi dari suatu peristiwa yang secepatnya berakhir dengan kekecewaan ( Carmon& Kahneman, 1993; lihat juga Fredrickson, 1991).

            Kita memandang peak-and-end pola teladan [itu] [sebagai/ketika] suatu kejadian dalil yang lebih luas orang-orang itu [tuju/ cenderung] untuk menggunakan saat/momen terpilih [sebagai/ketika/sebab] wakil di (dalam) mengevaluasi secara sementara memperluas negara atau peristiwa. Dalil ini [berlaku bagi/meminta kepada] calon kedua-duanya dan retrospektif

 evaluasi. Sebagai contoh, bukti dari studi keputusan tentang spekulasi moneter menyatakan bahwa yang efektif pengangkut kegunaan adalah perubahan kekayaan ( keuntungan dan kerugian), [yang] bukan negara kekayaan ( Kahneman& Tversky, 1979). Perilaku pokok di (dalam) pertukaran sederhana juga menunjukkan bahwa aneka pilihan adalah yang diatur oleh mempengaruhi dihubungkan dengan perolehan suatu obyek menarik atau memberi itu atas, bukan oleh kegunaan yang jangka panjang memiliki obyek atau menahan suatu pen;jumlahan uang ( Kahneman, Knetsch,& Thaler, 1991). Suatu prinsip penyajian mental umum mungkin (adalah) dilibatkan: Sama [halnya] yang visuil sistem nampak untuk menguraikan object di (dalam) terminologi batasan-batasan dan poin-poin bentuk tunggal, teori sistem boleh menghadirkan diperluas mengalami dalam kaitan dengan transisi dan saat/momen bentuk tunggal. Catat bahwa kita menunjuk di sini ke penyajian yang adalah untuk kepentingan yang dibentuk evaluasiKita memandang peak-and-end pola teladan [itu] [sebagai/ketika] suatu kejadian dalil yang lebih luas orang-orang itu [tuju/ cenderung] untuk menggunakan saat/momen terpilih [sebagai/ketika/sebab] wakil di (dalam) mengevaluasi secara sementara memperluas

 negara atau peristiwa. Dalil ini [berlaku bagi/meminta kepada] calon kedua-duanya dan retrospektif evaluasi. Sebagai contoh, bukti dari studi keputusan tentang spekulasi moneter menyatakan bahwa yang efektif pengangkut kegunaan adalah perubahan kekayaan ( keuntungan dan kerugian), [yang] bukan negara kekayaan ( Kahneman& Tversky, 1979). Perilaku pokok di (dalam) pertukaran sederhana juga menunjukkan bahwa aneka pilihan adalah yang diatur oleh mempengaruhi dihubungkan dengan perolehan suatu obyek menarik atau memberi itu atas, bukan oleh kegunaan yang jangka panjang memiliki obyek atau menahan suatu pen;jumlahan uang ( Kahneman, Knetsch,& Thaler, 1991). Suatu prinsip penyajian mental umum mungkin (adalah) dilibatkan: Sama [halnya] yang visuil sistem nampak untuk menguraikan object di (dalam) terminologi batasan-batasan dan poin-poin bentuk tunggal, teori sistem boleh menghadirkan diperluas mengalami dalam kaitan dengan transisi dan saat/momen bentuk tunggal. Catat bahwa kita menunjuk di sini ke penyajian yang adalah untuk kepentingan yang dibentuk evaluasi

            Di (dalam) eksperimen saat ini, pengabaian tentang janga waktu memimpin paling tunduk kepada pembeberan diri mereka ke lebih [] sakit dibanding/bukannya lebih sedikit. Tidak ada apapun di (dalam) komentar pokok menunjuk untuk keuntungan  . tertentu di (dalam) merindukan percobaan/pengadilan yang buat sakit yang ekstra bermanfaat. Lagipula, kita tidak percaya bahwa  pokok yang  memilih [itu] merindukan percobaan/pengadilan akan benar-benar menyukai untuk [menyimpan/pelihara] tangan mereka di (dalam) air dingin [yang] hangat, jika setelah 60 s pada 14 ° C mereka telah ditawarkan alternatif tentang suatu handuk kering. Di (dalam) ketidakhadiran tentang segala alasan sah untuk pilihan, pilihan untuk/karena merindukan percobaan/pengadilan harus dipandang sebagai suatu pelanggaran [dari;ttg] monotonicas sementara- dan sebagai kekeliruan.

            Kita menyimpulkan bahwa pokok memilih [itu] merindukan percobaan/pengadilan [yang] hanya sebab mereka menyukai memori tentangnya lebih baik daripada alternatif ( atau membenci ia/nya lebih sedikit), bukan sebab mereka akan menderita demi perolehan suatu memori [yang] lebih baik. [Sebagai/Ketika/Sebab] mereka secara normal merusak lain aneka pilihan, kita mengira, pokok [kita/kami] percaya [yang] retrospektif mereka evaluasi dua peristiwa sebagai basis untuk suatu keputusan: Apa yang  bisa bersalah [kepada] dengan mengulangi pengalaman [itu] satu sekarang suka terbaik? Tentu saja, memori yang dievaluasi adalah satu-satunya pemandu tersedia untuk banyak keputusan, tetapi eksperimen [kita/kami] mempunyai yang ditunjukkan ini memandu untuk;menjadi dapat berbuat keliru. [Itu] adalah [part;bagian] tentang kondisi manusia yang orang-orang menyukai untuk mengulangi pengalaman [itu] yang mempunyai yang ditinggalkan [mereka/nya] dengan memori [yang] yang paling baik- [yang] tidak harus pengalaman bahwa benar-benar memberi [itu] kebanyakan sekarang suka terbaik? Tentu saja, memori yang dievaluasi adalah satu-satunya pemandu tersedia untuk banyak keputusan, tetapi eksperimen [kita/kami] mempunyai yang ditunjukkan ini memandu untuk;menjadi dapat berbuat keliru. [Itu] adalah [part;bagian] tentang kondisi manusia yang orang-orang menyukai

 untuk mengulangi pengalaman [itu] yang mempunyai yang ditinggalkan [mereka/nya] dengan memori [yang] yang paling baik- [yang] tidak harus pengalaman bahwa benar-benar memberi [itu] kebanyakan kesenangan dan sakit paling sedikit.

            Suatu pemahaman [yang] lebih baik ketentuan-ketentuan evaluasi retrospektif bisa menghasilkan beberapa aplikasi berharga. Sebagai contoh, peak-and-end aturan menyatakan bahwa memori suatu perawatan medis menyakitkan adalah nampaknya akan lebih sedikit aversive jika relief;pembebasan dari sakit berangsur-angsur dibanding jika relief;pembebasan adalah kasar. Suatu hipotesis terkait adalah bahwa ketetapan relief;pembebasan dalam kaitan dengan di mana sakit telah berpengalaman akan menghasilkan a memori [yang] lebih baik dibanding segera transisi [bagi/kepada] suatu konteks baru [sebagai/ketika] sakit ber;akhir;i. Ini adalah isu penuh arti di (dalam) perawatan medik, memberi ketersediaan yang umum tentang obat penghilang sakit yang bertukar-tukar serangan, janga waktu, dan kekuatan. Lagipula, memori tentang perawatan dapat mempengaruhi hasil medis jika mereka mempengaruhi moril pasien dan pemenuhan dengan pujian/rekomendasi perawatan ( Redelmeier& Kahneman,

 1993)

            Selagi/Sedang] [itu] menawarkan peluang baru, pemisahan [dari;ttg] evaluasi retrospektif dari pengalaman segera juga menaikkan dilema [yang] ruwet [dari;ttg] persetujuan iberitahukan. Pertimbangkan, sebagai contoh, suatu perluasan langsung tentang studi saat ini [bagi/kepada] suatu medis konteks: Akan suatu dokter diijinkan untuk menambahkan suatu interval mengurangi sakit kepada akhir suatu prosedur medis jika tapak kaki manfaat sakit yang ditambahkan adalah untuk menyebabkan pasien untuk mempertahankan suatu memori [yang] lebih baik tentangnya? Jawaban mungkin untuk tergantung pada bagaimana pasien diberitahukan. Pada [atas] [yang] satu menyampaikan, [itu] adalah menyelamatkan untuk berasumsi bahwa sedikit pasien akan setuju untuk menyingkapkan diri mereka untuk menyakitkan untuk tujuan tapak kaki peningkat;kan a memori masa depan. Seperti itu, persetujuan yang diberitahukan mungkin akan ditolak. Pada [atas] lain menyampaikan, hasil saat ini menyiratkan pasien itu [siapa] yang sudah benar-benar mengalami kedua-duanya versi procedure-a format tentang pengetahuan yang biasanya dipertimbangkan lebih pandai daripada suatu semata-mata description-will [yang] biasanya menyukai untuk mengulangi yang lebih panjang. Apa yang berat/beban  harus diberikan kepada suatu pilihan itu diberitahukan oleh pengalaman pribadi jika pilihan ini dapat diusut/dikalkir untuk suatu salah/cacat evaluasi memproses? Pertanyaan yang etis [di/yang/ttg] mana ini berlawanan pilihan harus dipertimbangkan berwenang/berwibawa boleh bukan mempunyai suatu jawaban secara langsung.

Name of Another Pet